Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Makna Air Mata Jokowi untuk Nusa Tenggara Timur

Diperbarui: 11 April 2021   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo menangis saat mengunjungi korban bencana banjir bandang di Nele Lamadike, Adonara, Flores Timur NTT tanggal 9 April 2021 (Foto: tribunnews.com)

"Bapak Presiden mungkin tidak tega lihat kondisi kami yang sangat memprihatikan. Beliau mungkin juga tidak tega melihat rakyatnya menderita seperti ini, sampai beliau menangis." [1]

-Pius Pedang Melai, Kepala Desa Nele Lamadike, Adonara NTT

Untuk pertama kalinya, dalam tujuh tahun sejak terpilih menjadi Presiden RI tahun 2014, Joko Widodo menitikkan air mata di depan rakyatnya. Itu terjadi pada hari Sabtu, 9 April 2021, di Desa Nele Lamadike, Adonara, Flores Timur (Flotim) NTT.

Pada hari itu, Presiden Jokowi mengunjungi korban banjir bandang di tempat pengungsian di Nele Lamadike, desa terdampak paling parah, dengan jumlah korban tewas sejauh ini 57 jiwa.[2] Saat turun dari mobil kepresidenan, Jokowi tak kuasa menahan titik air matanya. Melihat presidennya menangis, para pengungsi juga tak kuasa menahan air mata.

Para politisi oposan dengan ringan mulut mungkin akan menuding Jokowi sedang meneteskan air mata pencitraan.  Tak guna membantahnya. Tapi sekurangnya bisa dikatakan masih lebih baik Jokowi yang menangis bersama rakyatnya, ketimbang politisi oposan  yang mungkin menyinyir di ruang berpendingin di Jakarta.  

Sejatinya, makna air mata Jokowi itu bisa ditafsir pada dua aras.  Pada aras mikro, di tingkat interaksi Presiden Jokowi dengan warga Nele Lamadike, korban bencana banjir bandang. Lalu pada aras makro, yaitu pada konteks pembangunan nasional dengan fokus daerah miskin di belahan timur Indonesia.

Saya akan ulas satu per satu secara singkat.

***

Pada tingkat mikro, Jokowi memang sunguh berduka untuk rakyat Desa Nele Lamadike khususnya. Barangkali, memang ada tipe pemimpin yang tak punya hati, yang masih bisa tertawa melihat warganya kehilangan sanak saudara, rumah, sumber nafkah, dan harta-benda dalam semalam. Jokowi bukan tipe itu. Dia pemimpin yang punya hati. 

Ungkapan Pius, Kades Nele Lamadike, di awal tulisan ini menggambarkan kondisi psikologis Jokowi secara tepat. Air mata Jokowi jatuh menetes saat menyaksikan derita warga Nele Lamadike. Warga desa itu merasa dimanusiakan oleh pemimpin yang mereka cintai.  Lalu mereka juga meneteskan air mata haru bahagia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline