Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Agar Judul Skripsi Tak Menjadi Teroris

Diperbarui: 23 Maret 2021   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari feb.ubl.ac.id

Artikel bagus dari rekan Ludiro Madu, biasa kusebut Pak Ludi, mengudar "penentuan judul skripsi" sebagai salah satu ranah "lebay pikir" (overthinking). ("Taktik Jitu Mengatasi Overthinking dalam Penulisan Skripsi", K. 22/03/2021). Bisa bikin mahasiswa "raib" (ghosting), karena frustasi tak kunjung menemukan judul yang seksi.

Dalam kasus seperti itu, "judul" telah menjadi teroris tersembunyi. Tidak ketahuan ada di mana, sehingga bikin takut mahasiswa. Takut dimarahi dosen pembimbing (dospem), karena tak kunjung menemukan judul skripsinya. "Memangnya,  itu judul hilang di mana?" semprot Pak Dospem.

Sesungguhnya, sampai kodok tumbuh janggut juga, itu judul tak bakalan ketemu. Lha, bagaimana mau ketemu. Wong, topik dan pertanyaan penelitian belum ada. Bagaimana cara bisa bikin judul, sekalipun itu judul sementara. 

Jangan dibalik. Tentukan topik dan pertanyaan penelitian dulu. Baru setelah itu mikir judul. Bahkan, sebaiknya tulis garis-besar proposal dulu. Setelah itu baru karang judul. Biasanya itu lebih akurat. Walau sifatnya tetap judul sementara. Lha, namanya juga proposal, usulan. Bukan laporan akhir, skripsi jadi. Makanya status judulnya sementara.

Menentukan judul sebelum ada topik dan pertanyaan penelitian itu semacam menulis kata pengantar untuk skripsi yang belum ada. Lha, apa yang diantarkan, ya. Fiktif (pakai) banget.

Jadi, para mahasiswa dan dospem yang angker, tentukan dulu topik dan pertanyaan penelitian. Misalnya topik ini: perilaku kencing dan perilaku pacaran mahasiswa. Pertanyaan penelitian: apakah terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kencing dan perilaku pacaran pada mahasiswa?

Nah, berdasar topik dan pertanyaan penelitian itu, barulah bisa ditentukan judul sementara proposal penelitian skripsi. Misalnya begini: Hubungan Antara Perilaku  Kencing dan Perilaku Pacaran pada Mahasiswa. Kalau penelitian dibatasi pada mahasiswa lelaki di Universitas Kakartana Manggarai, maka boleh tambah sub-judul: Kasus Mahasiswa Lelaki di Universitas Kakartana Manggarai. Gampang, kan?

Judul ada, topik ada, pertanyaan penelitian ada, nah, tinggal rumuskan hipotesis pengarah. Misalnya begini: Semakin sembarang perilaku kencing mahasiswa lelaki, semakin sembarang pula perilaku pacarannya. Simpel, kan?

Tinggal bikin definisi operasional "perilaku kencing sembarang", misalnya "kencing di sembarang tempat." Lalu definisi "perilaku pacaran sembarang", misalnya "pacaran di sembarang tempat." 

Kesimpulan yang diharapkan: Mahasiswa yang terbiasa kencing di sembarang tempat, terbiasa pacaran di sembarang tempat pula. Tentu kesimpulan itu harus didukung dengan uji statistik korelasi pada tingkat signifikan. Dengan begitu, skripsinya bisa diterima, dan mahasiswa bisa lulus sebagai sarjana dengan bidang keahlian perilaku kencing lelaki. Satu-satunya di dunia.

Begitulah. Agar judul skripsi tidak menjadi teroris, tetapkan dulu topik dan pertanyaan penelitian. Kalau sudah jelas topik dan pertanyaan, judul pasti muncul sendiri, dan penelitian skripsi pasti berjalan lancar. Kalau tak percaya, jangan dicoba. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline