Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Pertanian Manggarai: Subsistensi, Involusi, Dualisme, atau Nafkah Ganda?

Diperbarui: 21 Juni 2021   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawah lingko dengan latar belakang perkampungan dan tanaman niaga di perbukitan Manggarai (Foto: kompas.com/markus makur)

Tanggapan Marahalim Siagian atas artikel Guido ("Pertanian Subsisten dan Sosiologis Petani Manggarai", K. 15/03/2021) memicu suatu diskusi menarik. Menurut Siagian, penggunaan konsep "involusi pertanian" (Geertz) untuk menjelaskan kondisi "titik impas" (break event point) pada pertanian Manggarai dalam artikel itu kurang pas. 

Siagian lalu menyarankan penggunakan konsep dualisme ekonomi (Boeke) karena bisa membingkai dua jenis usahatani yang eksis di Manggarai, padi sawah (subsisten) dan tanaman kebun (komersial).

Saya pikir memang ada ketaktepatan penggunaan konsep "involusi pertanian" jika yang dimaksud Guido adalah kemandegan dalam arti hasil tani "cukup untuk makan saja" (konsep lokal, tama becur tuka kaut).

Gejala semacam itu lebih tepat disebut subsistensi (Scott), produksi hanya untuk konsumsi keluarga. Hal itu benar jika yang dibicarakan Gudo adalah pertanian padi sawah yang pertumbuhannya relatif stagnan di Manggarai.

Betapapun ada ketaktepatan penggunaan konsep atau teori, saya pikir substansi artikel Guido sangat menarik. Setidaknya artikel itu bisa memberi gambaran kasar tentang gejala subsistensi dan kemandegan pembangunan pertanian, khususnya pangan (padi) di Manggarai.

Gambaran itu memantik tanya lebih jauh dan mendalam tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi dalam ekologi pertanian Manggarai? Pengetahuan itu penting sebagai dasar bagi pemerintah untuk merumuskan pembangunan pertanian dan ekonomi pedesaan di sana.

Klarifikasi Konsep-Konsep

Sebelum diskusi lebih jauh ada baiknya diklarifikasi dulu konsep-konsep yang telah disinggung Guido dan Siagian yaitu subsistensi, involusi (pertanian), dan dualisme (ekonomi). Perlu kesepahaman atas konsep untuk menghindari diskusi yang berketiak-ular.

Subsistensi (Scott) merujuk pada pola ekonomi pertanian yang memperuntukkan hasil produksi untuk pemenuhan konsumsi keluarga semata. Bukan untuk tujuan komersial atau penciptaan surplus (laba).

Mungkin ada saja bagian yang dijual ke pasar untuk mendapatkan uang tunai guna membeli kebutuhan keluarga selain pangan. Di masa lalu, ketika belum ada ekonomi uang, hal itu dilakukan dengan sistem barter.

Involusi pertanian (Geertz) menunjuk pada gejala stagnasi pertanian akibat keterbatasan (mungkin juga penyempitan) lahan pertanian pangan (sawah) di satu sisi dan semakin bertambahnya penduduk (hasil pertumbuhan populasi) yang menggantungkan nafkah (pangan) pada lahan terbatas itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline