Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Dari Tukang Kliping ke Tukang Riset

Diperbarui: 13 Februari 2021   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari sekolahnesia.com

Membaca agihan Bu Suprihati tentang cara dan guna kliping artikel Kompasiana, Poltak (pseudonim) terkekeh-kekeh. (Baca: "Kliping Artikel Kompasiana", K.13.02.21). Bukan meremehkan, tapi takjub. Pikirnya, di era internet ini, masih ada generasi pra-milenial yang  setia pada kegiatan gunting-tempel itu.

Tentu di era internet kini teknik kliping lebih canggih.  Bolehlah  disebut e-kliping.  Tinggal salin-tempel (copy-paste), save in folder, atau save in favorite.  Tidak perlu lagi ritual gunting, lem, dan tempel. Itu kuno, era mesin tik manual teketek.

Kelihatannya remeh-temeh, sepele, tapi kegiatan kliping itu sebenarnya substantif. Dalam kegiatan riset sosial, kliping berita termasuk kegiatan pengumpulan informasi atau data. Kategorinya data sekunder, tak bersumber pada tangan pertama.

Poltak mengalami kegiatan kliping berita sebagai kegiatan pertama  dalam dunia riset sosial.  Itu adalah ajang ajar tentang jenis, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data. Hal-hal yang mesti dikuasai sebelum diperbolehkan menjadi periset lapangan.

Saya akan ceritakan pengalaman Poltak itu di sini. Sebagai bukti bahwa kliping berita atau artikel bukanlah hal sepele.

Menjadi Tukang Kliping

Poltak lulus "begitu saja" menjadi tukang insiniur pertanian dari IPB tahun 1985.  Begitu saja? Ya, tanpa sidang ujian yang bikin banyak calon sarjana stres beser. 

"Kan sudah saya tanya-tanya selama proses bimbingan skripsi. Buat apa lagi ujian?" Begitu jawaban Prof. Sayogyo,  pembimbingnya, ketika Poltak minta diuji. Aih, lulus sarjana ternyata gampang.

"Sudah kerja?" Prof. Sayogyo bertanya, saat Poltak menemui beliau selepas wisuda dan liburan. "Belum, Pak." "Ya, sudah. Mulai besok kerja bersama saya di Pusat Studi Pembangunan." Memang tak sulit mendapat pekerjaan.

Besoknya Poltak menemui beliau di Pusat Studi Pembangunan. Dia diberi tugas pertama: mengkliping berita-berita koran tentang pertanian, pedesaan, dan kemiskinan.  

Alamak, setelah empat setengah tahun kuliah, seorang  tukang insiniur cuma jadi tukang kliping. Apa kata bapak Poltak, kalau sampai dia tahu anak yang dibanggakannya cuma jadi tukang baca, gunting, lem, dan tempel berita?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline