Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Keluarga Poltak Menyelamatkan Bumi dari Pekarangan Rumahnya

Diperbarui: 22 Februari 2021   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampakan pertanian natural di pekarangan rumah Poltak di Gang Sapi Jakarta (Dokpri)

Menyelamatkan bumi dari pekarangan rumah? Mengapa tidak? Tak perlu menjadi birokrat atau pegiat lingkungan. Cukup jadi warga biasa saja, sudah bisa melakukannya. Syaratnya, punya barang setapak lahan pekarangan.

Tapi tunggu dulu.  Menyelamatkan bumi? Memangnya, bumi dalam bahaya sehingga perlu banget diselamatkan?  

Betul banget. Di mata sains pertanian, bumi kita sedang sakit. Bumi sedang didera kerusakan berkelanjutan, sehingga perlu diselamatkan.  

Kalau tak diselamatkan, akibatnya mengerikan. Beberapa generasi ke depan, bumi akan sekarat. Takmampu lagi menyokong pertanian, khususnya produksi pangan. Akibatnya pangan defisit, manusia kelaparan, lalu sekarat.

Setiap warga bumi bisa, dan wajib, dengan berbagai cara, menyelamatkan bumi. Bertani natural di pekarangan adalah salah satu cara gampang yang bikin kenyang, senang dan tenang.  Itulah yang dilakukan Poltak di rumahnya, Gang Sapi Jakarta.

Pertanian Modern Menyakiti Bumi

Tapi sebelum membabar lakon Poltak, perlu diungkap soal serusak apa sebenarnya bumi kita kini.

Ironisnya, justru pertanianlah salah satu perusak bumi. Persisnya pertanian pangan modern. Ya, agak sulit dipercaya, tapi itu fakta.

Pertanian pangan modern adalah solusi atas ramalan Malthus. Katanya, "akan terjadi krisis pangan akibat pertumbuhan jumlah penduduk yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi pangan."

Monokultur gandum mahaluas. Penyebab erosi dan reduksi keragaman hayati (Foto: 123rf.com)

Modernisasi teknologi pertanian modern datang menangkal ramalan Malthus.  Intensifikasi bersinergi dengan ekstensifikasi.  Irigasi, benih unggul, pupuk, pestisida, dan herbisida dicekokkan ke hamparan monokultur tanaman pangan (gandum, padi, jagung, kedele) yang semakin luas. 

Itulah revolusi pertanian pangan. Hasilnya produksi pangan melonjak drastis, penduduk dunia tenang kenyang. Ramalan Malthus tumbang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline