"Oi, teman-teman, ada berita penting. Berta ternyata pariban Poltak. Mereka sudah dijodohkab!"
Pagi-pagi, hari Senin, Alogo sudah menebar berita menghebohkan di antara murid kelas satu SD Hutabolon. Tabiatnya pas betul dengan namanya, Alogo, angin. Ya, dia peniup kabar angin.
"Berta pacar Poltak!"
"Cocok kali pun itu!"
"Guru Gayus merestui!"
"Kapan lamaran?"
"Mas kawinnya gula-gula susu, ya."
Berbagai ujaran dan ledekan berhamburan silih-ganti, bahkan tumpang-tindih, dari mulut-mulut kecil ceriwis murid-murid kelas satu. Siapa nengatakan apa, tak jelas diketahui.
Hal yang sangat jelas, Berta ditemani Tiur lari ke belakang gedung gereja. Merondok, sembunyi jongkok merunduk, menahan rasa malu tak terperi di situ. Kedua belah pipinya merona merah seperti kersen ranum.
Akan halnya Poltak, malu campur marah, memburu Alogo yang kabur lari mengelilingi gedung gereja. Poltak bernafsu mengirim satu sepakan ke pantat Alogo.
"Tangkap aku kalau kau bisa!" Alogo meledek sambil terus berlari menjauhi Poltak.