Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Perbantahan Dua Ekor Ular tentang Banjir dan Genangan di Hari Minggu

Diperbarui: 7 Februari 2021   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir di Ksmpung Melayu Jakarta, 4 Februati 2017 (Foto: kompas.com/lasty kurnia)

Mengapa berbantah di hari Minggu, hari istirahat, hari wajib tenang. 

Ada tiga alasan. Pertama, karena pada hari Minggu pagi Daeng Khrisna Pabichara menganggit dan mengagihkan artikel menyoal beda banjir dan genangan. 

Kedua, pada hari Minggu ini Jakarta diguyur hujan yang berakibat entah banjir entah genangan, entah di sana entah di sini, sama saja.

Ketiga, ini perbantahan antara Ulara dan Ulari, dua ekor ular Jakarta yang sohor di Kompasiana.

Perbantahan Ulara dan Ulari terjadi di kolong satu jembatan di Jalan Thamrin Jakarta, sambil mengamati naiknya permukaan air sungai akibat hujan. Mereka baru saja membaca artikel Daeng Khrisna.

Ulara (Ra): "Gue gak setuju banget ulasan Daeng Khrisna tentang beda genangan dan banjir ini."

Ulari (Ri): "Sok banget, loe, Ra. Ingat, Daeng Khrisna itu nabi munsyi, lho. Nah, loe, apeh? Cuma ular gelandangan."

Ra: "Ular juga punya opini, Ri. Jadi ular jangan minderan, napeh! Gini, menurut gue Daeng Khrisna salah membedakan banjir dan genangan. Katanya, banjir itu air bergerak dakam volume lebih besar dari biasanya. Genangan itu air berhenti, parkir, di tempat yang biasanya kering."

Ri: "Ya, iyalah. Loe pikir apeh?"

Ra: "Nah, ini, ini. Ini otak ular yang gak kritis. Gak usah manyun gitu. Fakta. Gini. Menurut gue banjir dan genangan itu sama."

Ri: "Sama nenek, loe. Angkat tuh ekor loe. Udah mau kerendam banjir!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline