Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Komentar Mutu dan Tak Mutu di Kompasiana

Diperbarui: 3 Februari 2021   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudahkah Anda berkomentar? (Dokpri)

Komentar pembaca, itulah yang paling ditunggu Kompasianer, setelah artikelnya tayang.  Lalu, setelah itu rating, tentu saja. Kemudian jumlah pembaca.

Tingkatannya begitu. Pembaca 1,000 pv tapi reting dan komentar kosong, ya, kurang puas. Pembaca 500 pv, reting 50 tapi komentar kosong, ya, puas. Pembaca 250 pv, reting 50, komentar 25, nah, puas banget.  Soal angka-angka itu, tak usah protes, ya. Kalau gak setuju, bikin sendiri ukuranmu.

Ukuran di atas sifatnya kuantitatif. Semakin banyak semakin puas. Itu rumusnya.

Tapi itu terutama berlaku untuk orang-orang percaya pada angka-angka. Jelas, maksudku, Daeng Rudy and the Gang. 

Bagiku, penganut paham kualitatif, letak kepuasan ada pada mutu komentar.  Sekali lagi, mutu. Bukan jumlah. Bayangkan artikelmu mendapat 100 komentar, tapi isinya sama semua: "Ih, diari, kabooor!" Puas?

Saya sudah mewawancara Poltak tentang kategori mutu komentar. Dia memberi empat skala: sangat takmutu, takmutu, mutu, dan sangat mutu.

Berikut adalah contoh-contoh yang diberikan Poltak. Markimak, mari kita simak.  

Sangat Takmutu. Ini kategori komentar promosi atau jualan. Mengangfao kita sebagai kobsumen, bukan Kompasianer. Misalnya:  "Kami sedia obat kuat. Hubungi 0234xxxx," "Titip artikel kompasiana.com/xxx.yyy/zzz.pqr," "Perlu jimat? Hubungi: 123456789."

Takmutu. Ini kategori basa-basi, basah menjadi basi. Sekadar menghibur saja, padahal kita gak butuh dihibur. Contohnya: "Menarik sekali, Pak," "Sangat inspiratif, Bu," "Terimakasih, bermanfaat sekali, Bli," "Wah, aktual banget!" Ini komentar-komentar yang cuma mengulang reting. Ngapain juga loe mencet reting kalo komentar loe sama aje, Bang, Mpok.

Mutu. Nah, ini komentar yang terkait isi artikel. Artinya komentator itu baca artikel. Makanya bisa kasi komentar yang nyambung. Contohnya: "Wah, ternyata fungsi tuak di Manggarai serupa dengan di Toba," "Artikel ini memberi perspektif baru tentang makna jomlo,"  "Artikel ini membongkar kemisinan kosakata saya."

Sangat Mutu. Nah, ini jenis komentar yang membuat penulis kelabakan. Sehingga harus buka kamus atau ensiklopedia untuk menjawabnya. Atau malah terinspirasi  menulis artikel baru. Pokoknya konentar yang menantang dan mencerdaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline