Ingat tokoh Arai dalam film Sang Pemimpi karya Riri Riza dan Mira Lesmana? Anak Melayu Belitong rekaan Andrea Hirata, dalam novel berjudul serupa, itu berjibaku belajar gitar kepada Bang Zaitun, pemusik Melayu ahli cinta. Hanya demi menaklukkan hati Zakiah Nurmala, gadis Melayu nirmala pujaan hatinya. Berhasilkah? Saat kapal kayu yang membawa Arai dan kawan-kawannya bertolak ke Jakarta, Zakiah hadir memberi tatapan terakhir dari bibir pantai. Aih, so sweet.
Adegan Arai bergitar sambil mendendangkan syair kasmaran di depan rumah Zakiah dengan tepat memanggungkan kiat ampuh perjaka Melayu, atau Sumatera umumnya, meluluhkan hati perawan idaman. Lihatlah, betapa Zakiah klepek-klepek, cemburu pada gitar. Ingin dia menghambur ke pelukan Arai, menggantikan tempat gitar yang beruntung itu.
Begitulah hukumnya, dulu, untuk pemuda Melayu, atau umumnya perjaka Sumatra. Jagolah main gitar dan merdulah berdendang, maka kau menjadi lampu di malam hari, dan para gadis manis itu menjadi laron. Tak adalah cerita menjomlo untuk anak muda pegitar dan penyanyi. Aih, sungguh, pleiboi bergitar.
Malanglah nasib pemuda yang punya double handicaps, sudah tak bisa main gitar tak becus pula menyanyi. Itu benar terjadi pada Poltak, anak Batak yang dicap mutan gegara tak pandai bergitar dan berdendang. Tak ada seorang gadis pun yang sudi meliriknya, jangan kata mendekatinya. Nasibnya ibarat obat nyamuk bakar.
Ah, tapi tunggu dulu. Poltak ternyata bukanlah yang paling malang dari mereka yang malang. Ada seseorang yang termalang dari mereka yang paling malang. Dari judul tulisan ini, kamu sudah tahu namanya. Ya, dialah orangnya, Ozzy Allandika. Panggil dia, "Ozzy."
Sudah kenal, atau tahu tentang, pemuda bernama Ozzy itu. Ya, dia seorang anak muda cerdas energik dari Bengkulu, yang memenuhi semua kriteria pemuda "lampu listrik", idaman segala perempuan, khususnya gadis kinyis. Sarjana, guru, buaya gitar, penyanyi cinta, penulis jempolan, saleh total, pintar melintir, baik hati, rajin menabung, dan seterusnya. Sebut apa saja ukuran baik, pasti kautemukan dalam diri Ozzy. Pokoknya, takada kurangnya itu anak muda.
Hei, takada kurangnya katamu? Bukankah Ozzy termalang dari yang paling malang? Itu hanya mungkin bila dia punya sedikitnya satu kekurangan fundamental. Jangan ngaco ngomongnya.
Ya, ya, saya tahu. Gak usah sewot gitu, napeh. Seneng banget loe ngulik kurang-kurangnya orang. Ya, kekurangan fundamental Ozzy: jomlo kronis. Ah, tak tega kubuka kekurangannya. Tapi, untungnya, itu sudah menjadi rahasia umum. Semua temannya di dunia nyata dan maya sudah tahu. Ozzy sendiri sudah proklamasi: "Gue jomlo. Masalah buat elo!"
Masalah, sih, nggak, Ozzy. Cuma, gue rada heran aja. Gimane cara, perjaka buaya gitar, pelantun lagu cinta, kok, ya jomlo, gitu, lho. Itu kan luar biasa antitesis. Penyimpangan gila-gilaan. Menurut teori dan empiri, dengan kualitas seperti itu, Ozzy harusnya menjadi lampu listrik, bukan obat nyamuk bakar. Tahu, kan "obat nyamuk bakar"? Ya, jomlo, wherever and whenever.
Sebenarnya Ozzy pernah menuliskan sebuah pledoi. Status jomlo, katanya, terjadi karena sibuk mempersiapkan masa depan, belum ketemu gadis yang cocok, dan fokus memperbaiki diri. Aih, masa depan itu dijelang, kecocokan itu dirancang, dan perbaikan diri itu selama hidup. Lihatlah, adakah alasan sah bagi kita untuk percaya pada pledoi seorang jomlo setia? Tidak ada, Kawan. Kecuali kamu seorang jomlo setia juga.
Hanya setelah melalui sebuah probing yang alot, dept interview, saya akhirnya menemukan dua alasan sejati di balik fakta status jomlo Ozzy. Ah, teguk liur, pasti kamu mau kepo, bukan?