Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Kenthirisme Terlarang untuk Penulis Pemula

Diperbarui: 11 Desember 2020   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari cnnindonesia.com

Kalau bukan karena Daeng Khrisna Pabichara, saya takkan menaja artikel ini. Hanya karena "nabi munsyi", sebutanku untuknya, itu mengajak gelut lewat artikel kenthirnya, maka saya terpaksa menyisihkan untuknya 20 persen  dari lima kuota penggenap 1,000 artikel. 

Kesal dan takjub. Begitu perasaanku saat membaca artikel Daeng Khrisna sampai tiga ulangan. Kesal karena merasa dikupas bugil olehnya, sehingga orang bisa melihat inti kenthirisme sambil berseru, "Hei, sesederhana itu, rupanya!" Takjub karena, di luar dugaan, dia mampu membaca dan menafsir dengan tepat moda kenthirisme yang terbungkus di benakku. Sungguh, saya menyesal menjulukinya "nabi munsyi."

Daeng Khrisna benar belaka saat mengingatkan bahaya mazhab kenthirisme bagi penulis pemula. Ikhwalnya akan seperti anak SMP yang memaksakan diri belajar filsafat.  Di ujung pelajarannya, dia sukses duduk bertopang dagu meniru The Thinker karya Aguste Rodin.  Sukses menjadi filsuf? Entahlah, dia melakukan itu di pojok perempatan jalan kota.

Kenthirisme itu mengandaikan kekuatan intuisi, suatu kemampuan posnalar,  dalam diri penulis. Intuisi mumpuni mengandaikan pengalaman panjang dan mendalam di ajang penulisan. Jadi, nyaris mustahil seorang pemula memiliki intuisi yang kuat. 

Jika seorang pemula merasa diri punya intuisi, maka sangat mungkin itu adalah insting, kemampuan pranalar, yang dianggapnya intuisi. Agar paham apa itu insting, silahkan tonton penggalan interogasi Sharon Stone dalam film Basic Instinct (Ayo, langsung cari di YouTube).

Intuisi itulah yang menuntun seorang kenthiris dalam proses penulisan artikel. Ketika intuisi bekerja maka dia akan menghasilkan percikan-percikan serendipitas, yaitu temuan gagasan, informasi, dan cara tak terduga, yang salingtindak membangun isi dan tubuh artikel.  Proses ini lebih mungkin dialami oleh seseorang yang telah bertungkus-lumus di dunia kepenulisan. Katakanlah, misalnya, Daeng Khrisna.

Jangan pernah berpikir bahwa, bagi seorang kenthiris, kegiatan menulis itu sebuah proses linear. Tidak.  Dia adalah proses salingtindak dinamis antar tiga unsur pembentuk tulisan: ide, data, kata. 

Begini. Bayangkan tiga unsur itu adalah tiga titik sudut sebuah segitiga samasisi. Titik pusat segitiga itu adalah "artikel."  Lalu tariklah garis panah dua arah saling-hubung antara ide, data, kata, dan artikel. Ketemulah sebuah pola triangular, pola kerja seorang kenthiris. Kalau gagal membayangkan pola itu, berarti tak ada harapan menjadi seorang kenthiris.

Proses penulisan artikel saya, "Studi Kasus Selokan Gang Sapi di Jakarta" (4 nomor di K. 28-31/8/2018), mungkin bisa menjadi contoh proses kerja kenthirisme.  Ide artikel itu muncul ketika saya melihat seruas selokan penuh sampah di depan rumah Poltak di Gang Sapi. Respon oŕang "waras" terhadap kondisi itu mungkin langsung membersihkan sendiri, atau lapor ke Pak RT  sambil marah-marah. 

Saya tidak begitu. Waktu itu persis peralihan jabatan Gubjak dari Ahok kepada Anies. Saya amati, semasa Gubjak Ahok selokan itu selalu bersih. Karena "pasukan oranye" rutin bekerja. Begitu Gubjak Anies berkuasa, selokan itu langsung kotor lagi. Karena "pasukan oranye" sangat jarang datang bekerja. Berarti, dugaanku, praktik administrasi kesejahteraan sosial (kesos) sangat baik semasa Gubjak Ahok, lalu memburuk semasa Gubjak Anies.

Ide dasar seri artikel itu kemudian terumuskan begini: Kondisi seruas selokan Gang Sapi adalah indikasi kualitas pengadministrasian kesos di Kantor Gubjak.  Dengan gagasan itu kemudian saya masuk pada pengumpulan dan analisis data (informasi) tentang tatakelola  kebersihan kota, membanding masa Gubjak Ahok dan Gubjak Anies. Kesimpulannya, tatakelola kebersihan memburuk di masa Gubjak Anies. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline