Jangan engkau salah kira. Ini bukan tentang nelangsa pada hati orang kalah. Yang tumbuh di garis akhir sebuah lomba.
Bukan. Bukan tentang itu. Sebab nelangsa bukanlah hak orang kalah.
Juga, jangan engkau salah kira. Ini bukan tentang iri dalam hati orang kalah. Yang tumbuh di ujung sorak gembira pemenang lomba.
Bukan. Bukan tentang itu. Sebab iri bukanlah tabiat orang kalah.
Pula, jangan engkau salah kira. Ini bukan tentang amarah dalam diri orang kalah. Yang tumbuh sebagai protes kepada kapitalisme yang gandrung kompetisi demi yang terbaik.
Bukan. Bukan tentang itu. Sebab amarah bukanlah adat orang kalah.
Engkau dengarkanlah. Ini tentang perih di sanubari. Yang tumbuh dari sebuah pesta keluarga yang meminggirkan anggotanya yang dinilai tak baik.
Benar. Benar-benar tentang itu. Sebab telah diremehkan niat memberi yang terbaik dari diri.[◇]
*)Gang Sapi Jakarta, 6 Desember 2020. [Sebuah puisi jelek karena ditulis pada hari Minggu yang muram]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H