Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Novel "Poltak": Sebuah Proyek Kenthirisme

Diperbarui: 17 Oktober 2020   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Dokumen Pribadi)

Novel "Poltak", bagiku, adalah sebuah proyek kenthirisme.  Persisnya, dia sebuah proyek penulisan novel dengan metode kenthirisme.  Ini adalah metode "tanpa-metode", sebuah proses penulisan novel yang sepenuhnya anarkis.

Pembaca novel "Poltak" di Kompasiana mungkin bertanya mengapa novel ini tidak ada plot ceritanya. Tidak jelas berangkat dari titik mana, lewat mana saja, dan mau ke mana tujuannya.  Serba acak, lompat-lompat, bahkan jumpalitan.

Jika aku harus menjawab pertanyaan itu, maka harus kukatakan di sini, aku juga taktahu  plot novel itu. Juga tidak tahu di mana titik berangkatnya, jalan mana yang dilalui, dan di mana ujung kisahnya. Serius. Benar-benar tidak tahu.

Sampai artikel ini ditulis, aku sudah menganggit 20 episode novel "Poltak".  Tapi semua itu bukan berdasar sebuah rencana penulisan. Tidak ada kerangkanya. Bebas lepas saja. Setelah menulis episode #001, aku  tidak pernah merencanakan episode #002. Begitu terus-menerus.

Setiap episode novel "Poltak" adalah buah serendipitas, temuan tak terduga pada saat aku menulis. Sungguh, aku sebelumnya tak pernah tahu akan bagaimana awal dan akhir dari setiap episode.  

Bahkan sampai sekarang, paragraf penutup setiap episode itu kuanggap bersifat sementara. Sewaktu-waktu aku bebas mengubahnya.

Kalau demikian halnya, apakah novel "Poltak" masih bisa disebut novel? Aku tidak tahu. Tapi aku yakin sedang menulis sebuah novel. Hanya saja, aku belum tahu akan seperti apa jalan ceritanya dan di mana ujungnya.  

Proses penulisan novel "Poltak" bagiku adalah riset dan penemuan terus-menerus. Dalam proses itu ada serendipitas-serendipitas kecil, temuan-temuan tak terduga. Semua itu memberi isi dan bentuk terhadap setiap episode dan, pada akhirnya, terhadap keseluruhannya.

Aku percaya pada kekuatan intuisi dan imajinasi. Dengan rambu-rambu logika, etika dan estetika, aku yakin intuisi dan imajinasi akan menuntunku  mewujudkan bangunan utuh novel "Poltak". Walau untuk sekarang ini, aku belum punya gambaran jelas tentang struktur, isi dan intensi novel.

Sampai hari ini, aku sudah menaja episode #020. Besok atau lusa, atau mungkin beberapa hari ke depan, aku yakin akan menulis episode #021.  Tapi apa dan bagaimana isi episode #021 itu, aku belum tahu. Intuisi dan imajinasi akan menuntunku untuk menemukan dan mewujudkannya sebagai teks.  

Begitulah metode kenthirisme bekerja. Dia membiarkan intuisi dan imajinasi menuntun logika, etika dan estetika, sampai tulisan menemukan bentuknya sendiri.  Novel "Poltak" itu seperti sebuah sungai yang akan menemukan bentuknya hanya setelah bermuara di laut.(*)
 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline