[01]
Tirai layar perlahan menguak terbuka. Terdengar nyanyian mengalun merdu.
"Berdiri sejenak, di depan cermin, lihat wajah kita. Tanya diri, kita ini siapa, Putra Indonesia.
Cintailah Tanah Air kita, Bangsa dan Bahasa kita. Apa yang bisa kita banggakan, Buatan Indonesia
Aku cinta, Anda cinta, semua cinta Buatan Indonesia, oh.
Pilihanku, hanya satu, Buatan Indonesia."
Lagu "Aku Cinta Buatan Indonesia", gubahan Sam Bimbo, yang dilantunkan oleh grup musik Priangan, Bimbo, itu tak pernah lekang dari hati dan pikiran Poltak.
Tahun 1980-an, lagu itu hadir setiap minggu di TVRI, sebagai lagu pembuka (layar) dan penutup (layar) acara "Apresiasi Film Indonesia" yang dipandu Sandy Tyas. Dilantunkan dengan suara lembut dan merdu dalam , lagu itu "Indonesia banget!"
Pendek kata, lagu itu sungguh pas di hati. Nada persuasinya sungguh lembut mengajak anak-anak bangsa mencintai produk-produk dalam negeri.
"Aku cinta, Anda cinta, semua cinta buatan Indonesia, oh. Pilihanku, hanya satu, Buatan Indonesia."
Ya, Poltak telah memilih. Satu. Gula aren, aseli Buatan Indonesia. Begini kisahnya.
[02]
Paruh kedua tahun 1960-an, Desa Panatapan, Tanah Batak. Tahun-tahun berseminya cinta Poltak kepada gula aren, pemanis asli Buatan Indonesia, Waktu itu Poltak masih murid Sekolah Dasar di desanya.
Kakek buyut Poltak, tinggal di bukit Panatapan, adalah perajin gula aren. Rumahnya, yang berarsitektur rumah adat Batak, dikelilingi oleh hutan aren.
Menyadap nira aren adalah keseharian kakek buyut Poltak. Setiap pagi dan sore dia akan memanen air nira yang ditampung dalam bumbung bambu.