Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Kemiskinan Sosial, Pandemi Covid-19 dan Risiko "Hilang Generasi" di Indonesia

Diperbarui: 1 September 2020   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi kerumunan di pasar semasa pandemi Covid-19 (Foto: bisnis.com/antara)

Silahkan lihat data terbaru (30/8/2020) Pandemi Covid-19 Indonesia.  Fokuslah pada lima provinsi "merah" dengan tingkat pandemi terparah: DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat.

Angka pandemi yang semakin besar dari minggu ke minggu, bulan ke bulan, di lima provinsi itu adalah penanda gejala Pandemi Covid-19 berkelanjutan di Indonesia. Harapan akan berakhirnya pandemi dalam waktu dekat, semakin samar saja.

Banyak faktor yang bisa dituding sebagai biang kerok berlarut-larutnya pandemi Covid-19 ini. Salah satunya faktor kemiskinan sosial yang rupanya kurang disadari. Karena pemerintah dan rakyat selama ini hanya tahu soal kemiskinan ekonomi.

Tesis saya begini. Pandemi Covid-19 meningkatkan kemiskinan ekonomi, sementara kemiskinan sosial meningkatkan pandemi Covid-19. 

Karena upaya pemerintah difokuskan pada penanggulangan kemiskinan ekonomi, sedangkan kemiskinan sosial diabaikan, maka pandemi Covid-19 semakin parah.

***
Tentang korelasi pandemi Covid-19 dan tingkat kemiskinan ekonomi sudah kerap diutarakan pemerintah dan ekonom. 

Lembaga The SMERU Research Institute (2020) misalnya bikin skenario begini. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok ke angka 1.0% tahun 2020, maka angka kemiskiban akan melonjak ke 12.4% (dari 9.2% tahun 2019). 

Menkeu Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tahunc2020 akan turun dari target 5.3% menjadi 2.3%. Pada angka itu maka, merujuk skenario The SMERU, penduduk miskin diperkirakan naik menjadi sekitar 11.0%.

Intinya pandemi menyebabkan anjloknya pertumbuhan ekonomi, sehingga tingkat kemiskinan di Indonesia akan meningkat dari satu menjadi dua digit.  

Langkah pemerintah menerapkan kebijakan "normal baru" di satu sisi dimaksudkan untuk menahan agar  ekonomi tidak terlalu dalam anjlok. Sekaligus, di sisi lainnya, untuk menahan agar angka kemiskinan tak membubung terlalu tinggi.

Senyampang pemerintah fokus pada pengendalian dampak ekonomi pandemi Covid-19, khususnya kemiskinan ekonomi, ada kecenderungan mengabaikan masalah kemiskinan sosial. Padahal dia merupakan faktor utama percepatan dan pelanjuran pandemi Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline