Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Sovinisme yang Mengerikan dan Menggelikan

Diperbarui: 12 Agustus 2020   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi dari jean-bernard-papi.com

Orang-orang Perancis tak henti-hentinya menyesalkan Peristiwa Menara Babel. "Seandainya peristiwa itu tak terjadi," kata mereka, "maka sudah pasti Bahasa Prancis menjadi satu-satunya bahasa manusia di dunia ini."

Tidak kalah dari orang Perancis, Poltak putra Batak Toba pun menyesalkan mengapa Yesus lahir di Tanah Judea. "Seandainya Yesus lahir di Tanah Batak," katanya, "pastilah Dia tidak akan wafat di kayu salib.  Sebab orang Batak itu pengikut setia Kristus."

Lihatlah.  Betapa parahnya sovinisme (chauvinism), kecintaan berlebihan atau fanatisme ekstrim.   Sampai-sampai ayat-ayat Bibel dan Injil pun disalahkan dan disesalkan.

Jangan tanyakan logika kepada kaum sovinis. Logika bagi mereka bukan saja sebuah kesalahan fatal. Tapi, lebih dari itu, logika adalah dosa besar. "Logika itu membunuh cinta," kata mereka.

Tolong, jangan tertawa dulu.   Ini bukan lelucon. Lebih baik memeriksa sekitar dengan cermat.  Sebab dalam format fanatisme ekstrim, kaum sovinis itu ada juga di sekitar kita.

Periksa baik-baik.  Di sekitar kita ada orang-orang yang selalu menyesalkan mengapa harus ada Pancasila sebagai dasar negara ini.  Mereka berteriak, "Seandainya sistem khilafah yang berlaku, pasti akan terwujud masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, sebab khilafah adalah obat segala masalah."

Baru-baru ini, di Solo ada sekelompok orang yang mengeruduk satu keluarga yang disangka beda aliran iman.  "Demi Tuhan, keluarga ini kafir, darahnya halal ditumpahkan. Bunuh!" Ada yang berseru seperti itu. [1] 

Betapa mengerikan kaum sovinis itu.  Pancasila dan kemajemukan iman adalah haram bagi mereka. Pembunuhan dianggap sebagai bukti kecintaan kepada Tuhan, sekaligus jalan ke surga.

Benar belaka keyakinan mereka, "Logika itu membunuh cinta."   Lalu ujungnya, "Cinta itu membunuh manusia."

Tapi, untuk bersikap adil, sovinis tidaklah melulu mengerikan.  Bisa juga menggelikan. 

Contohnya, ada dua orang politisi yang mendedikasikan karier politiknya untuk mengkritik Jokowi.  Itu mereka lakukan demi kesetiaan pada seorang calon presiden yang nasibnya berakhir di kursi menteri.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline