Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Nenek Usia 77 Tahun Menggemparkan Kompasiana

Diperbarui: 10 Agustus 2020   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Bu Roselina (Foto: kompasiana/kutubuku)

Pepatah tua mengingatkan, "Dompet kakek selalu terbuka untuk cucu tapi uangnya ada di balik kutang nenek."  Karena itu berbaik-baiklah kepada nenek agar beliau sudi merogoh isi kutangnya.

Ingat pepatah itu, saya mendadak ingin pindah ke lain hati di Kompasiana, dari Kakek Tjiptadinata ke Nenek Roselina.  Perlu diketahui, Nenek Roselina itu adalah mantan pacar  tiada duanya dari Kakek Tjiptadinata.

Nenek Roselina, 77 tahun, biasa saya sapa Bu Lina, hari ini 10 Agustus 2020, telah menggemparkan jagad Kompasiana. Bayangkan, artikelnya "10 Kali Berturut-turut Dapat K-Reward dalam Usia 77 Tahun" merajai laman Kompasiana.  Mula-mula melejit ke ruang "Nilai Tertinggi."  Tak berapa lama kemudian menyundul ruang "Terpopuler".  Sampai akhirnya masuk ruang "Headline" atau "Artikel Utama".   

Hattrick!  Itu istilah sepakbolanya.  Bu Lina melesakkan tiga gol bermutu tinggi secara berturut-turut ke "gawang" Kompasiana.  Itu prestasi yang luar biasa.  Barisan Kompasianer millenial hanya bisa gigit jari.   Kompasianer kolonial apa lagi, langsung "patah setir".  

Bahkan Kakek Tjiptadinata, biasa saya sapa Pak Tjip, harus mengakui kehebatan permainan Bu Lina hari ini.  Walaupun dia agak menyalahkan Drakor yang rupanya gagal mengganggu tekad menulis Bu Lina.  Pak Tjip sendiri kini hatinya mulai kembut, "Apakah saya akan berhasil menerbitkan artikel ke-5,000 pada 17 Agustus 2020 nanti?"

Biarlah itu menjadi urusan Pak Tjip sendiri. Saya lebih tertarik berbaik-baik kepada Bu Lina. Sebab di dompetnya ada uang pendapatan dari 10 kali K-Rewards. Saya tak tahu berapa persis jumlahnya.  Tabu hukumnya membuka-buka dompet isteri orang, bukan? Apalagi kalau isteri orang itu kayak Nenek Poltak, menyumputkan dompetnya di balik kutang.

Kembali pada keinginan saya untuk pindah ke lain hati dari Pak Tjip ke Bu Lina.  Setelah menimbang matang, saya mengurungkan niat itu. Alasannya sederhana. Saya tidak akan mampu mengikuti jejak Bu Lina, harus mencapai usia 77 tahun dulu baru dapat 10 kali K-Reward.  Betul itu prestasi besar. Tapi kalau harus menunggu selama 77 tahun, waduh, mikir panjang dulu, ah.

Jadi panutan saya masih tetap Pak Tjip. Tapi karena Bu Lina adalah belahan jiwa Pak Tjip, otomatis mereka berdua adalah panutan saya. Weleh, piye jal, iki argumen ular mlungker gigit ekor. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline