(Untukmu Sapardi Djoko Damono yang telah pergi sebelum kata-kata menjadi puisi)
Segerombol burung gereja itu riuh mencicit. Itu kata para tetangga. Dan mereka semua salah.
Segerombol burung gereja itu merdu menyanyi. Itu kata kita berdua. Dan kita berdua benar.
Setiap pagi di senja usia ini kita duduk berdua di bangku taman belakang rumah. Kita taburkan dua genggam beras di pekarangan. Kita mengundang datang burung gereja.
Segerombol burung gereja selalu datang menghambur turun ke tanah. Mematuki setiap butiran beras sambil bernyanyi riang. Di telinga kita mereka mengalunkan simfoni pagi.
Setiap pagi segerombol burung gereja itu selalu bernyanyi merdu untuk kita berdua. Menggantikan nyanyian kanak-kanak dari anak kita yang kini sudah demam lagu cinta.(*)
Gang Sapi Jakarta, 22.07.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H