(Kepada Ibu Iriana Jokowi untuk dibisikkan kepada Presiden Jokowi)
Dia tidak tahu. Dulu kami memilihnya presiden karena tawanya. Tawanya yang menerbitkan bagi kami setitik cahaya di ujung lorong gelap.
Dia tidak tahu. Dulu kami menyebutnya penyemangat karena tawanya. Tawanya yang mengangkat separuh dari rasa lelah di jiwa-raga kami.
Dia tidak tahu. Kini kami memanggilnya presiden yang lupa cara tawa karena ditekuk cemberutnya. Cemberutnya yang menjadi virus frustasi bagi kami di saat melawan cekaman pandemi.
Dia tidak tahu. Kini kami merindukan tawanya seperti dulu dia tergelak karena nama baru ikan tongkol saru. Tawanya yang mengalirkan daya segar ke otak dan otot kami untuk kuat meniti arus perubahan.(*)
Gang Sapi, Jakarta, 13.07.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H