Ada seorang rekan Kompasianer, terbaca dari artikelnya, yang sangat jengkel kepada Admin K. Pikirnya, "Sehebat apa sih kemampuan tulis Admin K sehingga merasa mampu menilai baik atau buruknya artikel Kompasianer?"
Kejengkelan Kompasianer itu agaknya dipicu oleh anggapannya bahwa Admin K tidak berlaku objektif dalam menilai mutu artikel. Artikel Kompasianer VB (verifikasi biru) otomatis menjadi Artikel Pilihan. Sementara artikel Kompasianer VH (verifikasi hijau) harus ngap-ngapan dulu sebelum menjadi Artikel Pilihan.
Pada puncak kejengkelannya, rekan Kompasianer itu mengajukan tantangan kepada segenap Admin K. "Ayo Mbak dan Mas Admin K, tulis artikel di Kompasiana, kami mau nilai mutunya, bagus atau jelek." Kira-kira begitu rumusan ujarannya.
Itu tantangan yang kocak tapi sekaligus aneh. Itu sama seperti pemain sepakbola yang teriak pada wasit karena tak terima fakta dihukum kartu merah, "Coba loe yang maen! Emang loe bisa?" Atau, sedikit berkhayal, Jokowi teriak pada Fadli Zon tukang kritik presiden itu, "Coba loe yang jadi presiden. Bisa nggak, loe!"
Perkara semacam ini harus kita lihat dengan hati dan pikiran jernih, saudara-saudara.
Begini. Admin K itu duduk di posisi sekarang sesudah melalui seleksi ketat terkait kemampuan literasi, teori dan praktek, berikut etika literasi. Itulah dasar wewenangnya untuk melakukan asesmen, tepatnya kurasi, terhadap artikel-artikel Kompasianer.
Jadi wewenang kurasi para Admin K itu sesuatu yang melekat pada jabatan, saudara-saudara. Itu namanya wewenang legal-formal, kalau mau sok ilmiah dengan merujuk Max Weber.
Lanjut. Tidak ada keharusan bahwa Admin K punya kemampuan mumpuni, lebih dari para Kompasianer juara, dalam praktek penulisan artikel. Tapi dipastikan mereka menguasai keahlian kurasi artikel, sehingga mampu menilai mutu sebuah artikel secara objektif.
Keahlian kurasi artikel itu disebut kompetensi, saudara-saudara. Kompetensi adalah perangkat wewenang. Seseorang diberi wewenang berdasar kompetensinya.
Kompetensi kurasi artikel tak harus berbanding lurus dengan kemampuan menulis. Seorang Kompasianer penulis artikel terbaik belum tentu memiliki kompetensi kurasi artikel. Jadi kalau dia bilang artikelmu bagus, tak usah lubang hidungmu langsung mekar, anggap saja itu sekadar basa-basi penyemangat.
Apakah kamu pikir para kurator lukisan di pameran-pameran, lelang-lelang atau museum-museum kelas dunia itu pelukis kelas dunia juga? Bukan saudara-saudara. Mereka adalah orang-orang yang menguasai ilmu-ilmu terkait seni lukis. Antara lain tentang sejarah, aliran, media, teknik, tokoh dan orisionalitas seni lukis. Artinya mereka punya kompetensi tinggi sebagai kurator.