Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Mengapa Ukuran Makam 2 x 1 Meter?

Diperbarui: 29 Juni 2020   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barisan makam di TPU Kampung Kandang Jakarta Selatan (Dokpri)

"Buat apa beli tanah ribuan hektar.  Nanti kalau mati perlunya cuma tanah  2 x 1 meter." Itu pertanyaan heran seorang tunakisma tentang perilaku para spekulan tanah.  Si Tunakisma ini lupa bahwa orang perlu juga hidup enak sebelum mati.

Dengan tanah 2 x 1 meter itu maksud Si Tunakisma  adalah petak makam. Sebenarnya tidak persis 2 x 1 meter. Itu pembulatan ukuran rata-rata. Di Taman Pemakaman Umum  (TPU) Jakarta gundukan makam kurang-lebih hanya 1.8 x 1.8 meter. Tapi liang lahatnya bisa 2 x 1 meter, atau maksimal 2.5 x 1.5 meter.

Begitulah.  Setiap kali Poltak, tokoh fenomenal kita,  ziarah ke TPU Kampung Kandang, Jakarta Selatan, dia selalu takjub memandang keseragaman ukuran makam di sana.  Pikirnya, keadilan sosial ternyata terwujud juga di Indonesia. Tapi setelah ajal datang menjemput.

Semasa hidupnya, para jenazah yang dibaringkan di TPU Kampung Kandang itu hidup di rumah-rumah yang beda ukuran dan mutu. Mulai dari tipe rumah kecil sangat sahaja di pinggir kali atau rel kereta api tempat tinggal Si Miskin.  Sampai tipe rumah besar sangat mewah di Bukit Hill tempat tinggal Si Kaya.

Tapi soal keadilan sosial di kuburan itu mungkin perlu dikritisi juga.  Dalam suatu perbincangan dini hari di TPU Tanah Kusir, dua arwah miskin bilang pada satu arwah kaya bahwa mereka sekarang sama rasa sama rata tinggal di petakan 2 x 1 meter.  "Sembarangan, loe.  Petak gue kan ada di bukit seperti dulu semasa hidup.  Sementara loe tetap di pinggir kali dan loe tetap di pinggir rel," tukas arwah kaya.

Lupakan debat antar arwah itu. Mari kembali ke topik diskusi. Mengapa ukuran makan 2 x 1 meter?

Faktual, sebenarnya tidak semua 2 x 1 meter.  Poltak tahu ada  "Kuburan Cina" yang ukurannya besar-besar. Dia pernah melihat areal kuburan semacam itu di Pematang Siantar tahun 1970-an.  Bangunan makamnya besar, bagus dan asri. 

Tak heran jika komplek "Kuburan Cina" itu dulu kerap didaya-gunakan muda-mudi sebagai arena pacaran. Karena lebih mewah dan asri ketimbang rumah sendiri.

Tapi itu dulu.  Sekarang pemerintah sudah membatasi ukuran liang lahat. Lahan lebih diperlukan untuk menyokong kelangsungan hidup manusia. Untuk tapak rumah dan kegiatan ekonomi. Bukan untuk mendukung kematian.

Sebab manusia hidup saja susah bukan main mendapatkan tanah seukuran 2 x 1 meter untuk tapak "gubuk derita".  Masa untuk orang mati di sediakan tanah 5 x 4 meter misalnya? Itu kan cukup untuk membangun rumah Tipe-21 minus?

Di Jalan Ampera Raya Jakarta Selatan, Poltak kerap melihat satu "keluarga gerobak".  Suami, isteri dan tiga anak kecil yang tidur dalam satu gerobak ukuran sekitar  1.8 x 0.8 meter. Ukuran gerobaknya persis ukuran kuburan.  Pikir Poltak, orang ini kelak tidak akan kaget lagi saat tiba waktunya masuk liang kubur.  Sebab sudah terbiasa semasa hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline