Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Kemiskinan Petani Manggarai, Pandangan Orang Luar

Diperbarui: 1 Juni 2020   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawah berpola lingko di Cancar Manggarai (Foto: mongabay.co.id/ebed de rosary)

Artikel rekan Kompasianer Suherman Agustinus (SA), tentang kemiskinan petani di Manggarai NTT, penting untuk ditanggapi. 

Tulisan itu wujud kepedulian seorang putra daerah terhadap persoalan-persoalan nyata di daerahnya. Karena itu perlu diapresiasi dengan memberi tanggapan. (Baca "Bertahun-tahun Bekerja di Sawah, Kenapa Ekonomi Petani Manggarai Tidak Berkembang?" K.29/05/2020).

Bukan karena saya ahli soal kemiskinan, atau pertanian, atau soal Manggarai, sehingga tergerak menanggapi. Tapi semata-mata didasari niat tukar pikiran dengan rekan-rekan Kompasianer Manggarai khususnya, NTT umumnya. 

Kompasiana mungkin bisa menjadi wadah diskusi yang baik. Siapa tahu bisa lahir gagasan kecil untuk penguatan masyarakat petani Manggarai.

Subyek sekaligus fokus diskusi ini adalah masyarakat petani padi Manggarai. Mencakup petani pemilik dan buruh tani yang cari nafkah di atasnya.

Dalam diskusi ini, saya menggunakan perspektif "orang luar" Manggarai. Tanpa pretensi bahwa saya objektif.

Manggarai Raya Termiskin se-NTT
Manggarai Raya itu, gabungan Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat. Secara keseluruhan adalah daerah termiskin di NTT. Total pendduk miskinnya tahun 2019 mencapai 194,390 jiwa atau 17% dari populasi penduduk miskin NTT (1,146,000 jiwa).

NTT sendiri, dengan jumlah penduduk miskin 20.62% (2019) termasuk urutan ketiga termiskin di Indonesia setelah Papua (26.55%) dan Papua Barat (21.51%). Angka itu jauh di atas rata-rata nasional (9.22%). Jadi "wajar" saja jika petani padi Manggarai bisa langsung disimpulkan "tergolong miskin". 

Dilihat dari tingginya angka kemiskinan di Manggarai Raya khususnya, NTT khususnya, wajarlah jika rekan SA mempertanyakan moral pemerintah/politisi yang hanya memanfaatkan petani sebagai "alat produksi kekuasaan/politik" musiman.

Petani Padi Itu "Wajar" Miskin
Sebenarnya "wajar" saja kalau petani padi itu miskin. Memang begitu dari dari dulu di Indonesia. Kalau petani padi sampai kaya, berarti dia petani besar, punya sawah 10ha.

Di Indonesia jumlah penduduk miskin 25.14 juta jiwa (2019). Mayoritas darinya, 15.15 juta jiwa atau 66.26 %adalah penduduk pedesaan. Itu artinya mayoritas orang miskin itu petani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline