Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Khotbah Paskah dari Mimbar Gereja Kosong

Diperbarui: 13 April 2020   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi gereja kosong (Foto: Antara Foto/Zabur Karuru)

Aku perih oleh sedih. Ini Minggu Suci Paskah. Dari Minggu Palma ke Kamis Putih, lalu Jumat Agung ke Sabtu Suci. Kulalui dengan hati berkerudung awan sendu. Ada front pembela Yahudi  dalam rupa Corona mengincar nyawaku di depan pintu rumah.  

"Anakku, jangan engkau bersedih. Bukankah Aku dalam Paskah sudah datang ke tengah rumahmu? Aku telah datang menyerahkan diri menjadi milikmu. Via Dolorosa di jalan maya telah Aku lalui demi engkau terlindung dari siksa Corona."

Tuhan dalam rupa romo tua menghapus perih sedihku dari mimbar kotbah gereja kosong.

Aku luka oleh duka. Banyak jiwa umat yang pergi ke rumahMu dalam kesendirian yang sepi. Aku tak dapat mengantar kepergiannya dengan sebait  madah.  Ada serdadu Romawi dalam rupa Corona menghunus pedang di gerbang makam.

"Anakku, jangan engkau berduka. Sama seperti umatKu, Aku pun telah diantar ke liang kubur di senja yang sepi tanpa iringan walau sebaris madah.  Demi engkau Aku telah datang dalam kesendirian dan pulang pula dalam kesendirian."

Tuhan dalam rupa romo tua membalut luka dukaku dari mimbar kotbah gereja kosong.

Aku kalut oleh takut.  Gereja telah hampa tanpa umatMu.  Para romo mempersembahkan Perjamuan Suci di hadapan jejer bangku-bangku kosong  yang dingin dalam sepi. Singa-singa Colosseum dalam rupa Corona siap menerkam dari delapan penjuru gereja.

"Anakku, jangan engkau takut. Kubur batu harus kosong karena Aku bangkit dari mati. Gereja harus kosong supaya engkau pun bangkit dari takutmu mati.  Ikutlah muridku pergi ke Galilea, ke tempat engkau pertama menyatakan janji baptismu. Di sana engkau akan menemukan kembali kuatmu."

Tuhan dalam rupa romo tua memupus kalut takutku dari mimbar kotbah gereja kosong.  

Ya Tuhanku Ya Allahku. Aku malu telah meragukan hadirmu Mu.  Engkau ternyata tetap setia menemaniku. Sekalipun aku berpaling dariMu. 

Kini dalam rengkuhan pelukMu, aku yakin kuat tinggal berdiam diri di rumah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline