Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Sosiologi Pekuburan: Pendatang Dilarang Masuk Kubur

Diperbarui: 28 Maret 2020   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pintu masuk pekuburan Gang Sapi di Jakarta (Dokpri)

Kata orang yang sok tahu, "Kalau sudah mati, manusia hanya perlu tanah satu kali dua meter. Sebab dunia orang mati adalah dunia egaliter.   Tak kenal suku, agama, ras, dan golongan."

Ya, orang sok tahu namanya itu.  Sebab orang mati itu tunduk pada orang hidup.   Bagaimana jasadnya akan diperlakukan, tergantung tradisi dan norma sosial yang hidup pada keluarga atau komunitas asalnya.  

Sederhananya, tergantung pada suku, agama, ras, dan golongannya.

Begitulah.   Orang Toraja tak perlu tanah satu kali dua meter untuk kuburan.   Karena jasad orang mati di Tana Toraja diletakkan di gua-gua batu.   Atau, sekarang, di dalam "makam beton".

Orang Tionghoa tak selalu perlu tanah kubur.   Karena sebagian memilih dikremasi, lalu abunya ditempatkan di rumah abu.   Atau, kalau perlu tanah, sering lebih dari satu kali dua meter.  Ada yang seukuran rumah dan makamnya dibangun mewah.

Di pemakaman umum, juga ada segregasi menurut agama.   Kuburan Kristen sebelah sini, kuburan Islam sebelah sana.  Itu pembagian bloknya jelas.  Tak boleh ada yang menyeberang.

Tapi  tentu saja,  selalu bisa ditemukan pekuburan umum yang lintas suku, agama, ras, dan golongan. Itu bisa disebut pemakaman "Bhinneka Tunggal Ika".  

Contohnya Taman Pemakaman Umum Untoroloyo di Solo.  Makam-makam di sini campur aduk antar suku, agama,dan ras.

Nah, terkait "golongan",  di Jakarta lazim ditemukan pekuburan "pribumi" atau "warga asli".  Hanya warga asli yang boleh dimakamkan di situ.   Pendatang tidak boleh, harus cari tempat lain.

Saya akan ungkapkan satu kasus saja yaitu kuburan Gang Sapi (pesudonim) di Jakarta Selatan.

***
Gang Sapi, seperti sudah pernah saya paparkan dalam satu seri artikel di Kompasiana, adalah kampung asli Betawi.   Gang Sapi berada di antara Jalan Buncit Raya dan Jalan Bangka Raya, Jakarta Selatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline