Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Mengapa Saya Tidak Menulis tentang Covid-19?

Diperbarui: 25 Maret 2020   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurubicara Nasional Covid-19, Achmad Yurianto (Foto: independensi.com)

Sekarang, ikhwal Corona Virus Desease (Covid)-19, menjadi berita atau informasi paling panas dan laris. Kalau mau mendapat pembaca banyak di media sosial, tulislah tentang Covid-19.  Kalau perlu pakai judul yang bernada provokasi, terror atau horor sekalian.

Banyak orang tergoda.  Lalu menulis sesuatu yang akhirnya jatuh menjadi hoaks. Belasan orang pelaku hoaks Covid-19 di Indonesia kini sedang diburu pihak Kepolisian RI.

Sekalipun begitu panas dan larisnya, saya sudah memutuskan untuk tidak menulis tentang Covid-19. Tulisan ini sendiri bukan tentang Covid-19.  Tapi tentang pilihan saya sebagai penulis.

Alasan saya sederhana saja.  Pertama, saya tidak punya kompetensi ilmiah atau profesi sama sekali tentang Covid-19.  Maka saya tidak punya legitimasi apapun untuk menulis tentang Covid-19.

Sebenarnya bisa saja saya menulis dengan mengutip sana sini.  Tapi karena dasarnya tak punya kompetensi, saya tidak bisa menilai secara obyektif, apakah tulisan-tulisan atau berita-berita tentang Covid-19 itu bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya?

Kedua, saya tidak mau memperlebat "hutan informasi Covid-19" sehingga khalayak akan semakin tersesat di dalamnya. Karena pembaca akan kebingungan di tengah "hutan informasi Covid-19" yang kini menutupi ladang informasi nasional dan bahkan internasional.

Bukannya saya tidak bisa menulis Covid-19 dari sudut pandang Sosiologi.  Sangat bisa. Bahkan saya sudah mengidentifikasi isu seksi yang sangat mendasar.   Bagaimana Covid-19 telah membuka lebar fakta pemanggungan senjang sosial yang sungguh tajam dan solidaritas sosial yang miskin dalam masyarakat kita.

Tapi, misalkan saya menulisnya, lantas apa manfaatnya dalam jangka pendek untuk mengatasi atau mengendalikan pandemi Covid-19.   Bisa-bisa tulisan itu malah membuat marah dan tersinggung lapisan atau golongan sosial tertentu.

Saya berikan contoh. Baru-baru ini ada gubernur dan juga ahli matematika yang menguar informasi tentang pertumbuhan jumlah korban Covid-19 yang bersifat eksponensial. Tentu itu dimaksudkan sebagai peringatan agar pemerintah, pengusaha, dan komunitas super-serius menangani masalah pandemic Covid-19.  

Informasi itu mungkin baik.  Tapi apa perlunya mengumbar fakta itu ke ruang publik. Biar didengar pemerintah? Oh, pemerintah pusat sudah tahu itu. Maka aneh jika seorang gubernur merasa perlu mengungkapnya ke ruang publik.

Informasi semacam itu, kendati benar secara ilmiah, bukanlah informasi yang pantas disebar ke ruang publik. Sebab inheren padanya ada nilai terror dan horor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline