Menjadi Kompasianer itu jalan derita. Susah-payah menulis, tak ada honornya. Paling K-Rewards yang jumlahnya tak seberapa dan belum tentu juga didapat. Lalu untuk apa bertahan di Kompasiana?
Menulis untuk siapa? Ini pertanyaan wajib jawab untuk setiap penulis. Gagal jawab, gagal nulis.
Jawabannya beragam. Mungkin untuk diri sendiri. Hasilnya adalah diary. Untuk konsumsi pribadi.
Atau barangkali untuk pacar. Hasilnya adalah surat cinta atau mungkin pemutusan jalinan cinta. Untuk konsumsi berdua.
Bisa juga untuk perusahaan tertentu. Hasilnya adalah iklan atau promosi. Menulis sesuai pesanan, demi imbalan. Halal.
Atau mungkin menulis untuk penerbit tertentu. Hasilnya adalah pamflet. Tulisan harus sesuai dengan atau mengukuhkan misi penerbit. Menyimpang dari itu, pasti ditolak.
Bisa juga menulis untuk komunitas ilmiah. Hasilnya laporan ilmiah yang cenderung kaku, kering, tidak menarik.
Jawaban lain, menulis untuk khalayak. Nah, ini hasilnya tulisan anarkis. Tulisan tentang apa saja yang ditulis dengan cara apa saja. Tulisan yang tidak tunduk pada tirani "arus utama". Yang penting logis, etis dan sebisanya estetis.
Setiap orang bebas menentukan dirinya menulis untuk siapa. Yang penting harus ada target pembaca. Sehingga bisa ditentukan topik, bahasa, dan cara tulis.
***