Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Damai Subuh di Langit dan di Bumi

Diperbarui: 2 Mei 2019   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampakan alam yang menginspirasi puisi ini. Siluet hitam di tengah adalah kubah masjid kampung kami. Titik putih sudut kanan atas adalah bulan sabit. Titik putih kiri bawah adalah bintang kejora. Diabadikan dengan kamera handphone subuh Kamis 2 Mei 2019 (Dokunentasi Pribadi)

Di pelukan dingin subuh aku tegak bersedekap menatap timur.  Mataku menangkap siluet remang bulan dan bintang di pucuk kubah masjid kampung.  Di latar belakangnya tirai langit jernih biru membentang luas ke batas tatap. Bulan sabit tersenyum merekah emas di sisi kanan kubah masjid itu.  Bintang kejora berbinar cerah di sisi kirinya.   Bulan dan bintang damai bersanding dalam terang di langit.

Lelaki-lelaki kampung dalam balutan gamis putih melangkah pasti menuju masjid menjawab panggilan adzan subuh. Senyum serupa bulan sabit emas dan mata berbinar serupa bintang kejora menghias wajah-wajah saleh mereka.   Sejurus kumandang shalat subuh berjamaah menggemakan gelombang damai ke delapan penjuru bumi.

Ya Tuhanku, Ya Allahku!*  Kasihanilah negeri kami.  Datanglah KerajaanMu di atas bumi Indonesia seperti di dalam Surga.**  Amin.   Aku berdoa dalam hati seiring kumandang azan subuh dari masjid kampung.

*) Ucapan terkenal dari Santo Thomas Didimus Rasul.

**) Petikan adaptasi dari "Doa Bapa Kami". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline