Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Dari Debat Cawapres: Mustahil Pengukuran Diganti Penjurusan

Diperbarui: 19 Maret 2019   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin benar anak ini ingin UN dihapuskan, tapi apakah keinginan itu kebutuhannya? (Foto: tribunnews.com)

Memasuki arena Debat Capres ataupun Debat Cawapres, masing-masing peserta tidak saja  harus siap dengan data.  Tapi juga, dan ini sangat penting, harus siap dengan konsep.

Salah data, bisa dikoreksi, atau berkelit sedikit jika tak sudi dikoreksi.  Salah konsep bisa fatal akibatnya karena, jika diterapkan, niscaya akan keluar dari rel lalu  tiba di tujuan yang beda sama sekali.  Atau malahan gagal total, karena tidak aplikabel.

Dalam Debat Cawapres hari Minggu, malam, yang lalu (17/3/19), Pak Sandiaga menyampaikan janji penghapusan sistem Ujian Nasional (UN)  untuk kemudian diganti dengan sistem  penelusuran minat dan bakat (PMB).

Ada yang tak konsisten antara dua janji itu.  Karena UN tidak satu "spesies" dengan  PMB, sehingga satu sama lain bukan substitusi.

Nanti akan saya jelaskan.  Sebelum ke situ, untuk mendapatkan pemahaman awal, baiklah menyimak satu anekdot berikut lebih dahulu.

***

Pada suatu rapat persiapan kenaikan kelas di sebuah Sekolah Dasar di Tapanuli, Kepala Sekolah bertanya kepada Wali Kelas 4.

"Bu Rugun, berapa persen perikiraan jumlah murid di Kelas 4 yang gagal naik ke Kelas  5?"

"Hanya 5 persen, Pak Kepsek.   Dua dari empatpuluh orang murid," jawab Bu Rugun.

"Bagus.  Tidak masalah kalau hanya 5 persen," sambut Pak Kepsek, puas.

"Masalah, Pak Kepsek," tukas Bu Rugun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline