Jejeran puluhan meter skripsi di perpusatakan universitas adalah malapetaka.
Untuk topik dan masalah penelitian yang sama, cobalah hapus nama perusahaan atau desa obyek penelitian skripsi itu. Lalu baca kesimpulannya. Pasti sama.
Bukankah itu malapetaka?
Asal-usul malapetaka itu adalah buku pedoman penulisan karya ilmiah atau pelaporan hasil penelitian di kampus.
Pedoman penulisan ilmiah itu sama sekali tidak memberikan ruang inovasi, kreativitas, apalagi deviasi dari format baku.
Jika mahasiswa berani inovatif, kreatif, apalagi menyimpang dari kaidah baku, upahnya adalah kelulusan tertunda.
Hasilnya adalah karya tulis ilmiah yang seragam, miskin variasi, sehingga membosankan. Masalah diperparah oleh kemudahan teknologi komputer untuk kreasi "salin-tempel" (copy -- paste).
Maka skripsi umumnya adalah jilidan kertas berisi huruf-huruf tanpa makna.
Itulah buah tirani pedoman penulisan ilmiah. Ada yang mau protes? Silahkan.
***
Saya perlu mendeklarasikan kesimpulan di atas, karena akhir-akhir ini mulai bermunculan lagi artikel dengan topik yang saya benci di Kompasiana.