Penistaan banyak polanya. Ujaran penolakan eksistensi adalah salah satunya.
Contoh gampang, jika kamu suruh seseorang yang berdiri persis di depanmu untuk minggir, dengan alasan matamu sepet melihatnya, maka kamu baru saja menista dia.
Kurang jelas? Contoh lain. Kalau kamu hanya mau datang ke reuni SMA dengan syarat si Anu atau si Ani tidak datang, karena dulu menolak cintamu, maka kamu telah menistanya.
Mau contoh lagi? Silahkan temukan sendiri. Sebagai latihan.
Penistaan dengan pola ujaran penolakan eksistensi itulah yang, saya pikir, patut diduga baru saja dilakukan salah seorang Admin Kompasiana tercinta ini.
Orangnya adalah Kevinalegion. Dia mengujarkan penistaan itu dalam artikel "Mencari Kompasianer yang Mau Menerima Rp 100 Juta!" (kompasiana.com, 29/1/2019).
Saya kutipkan ujaran yang patut diduga penistaan itu:"Kadang Cebong dan Kampret seperti kumpulan awan di angkasa, hidup akan semakin cerah kalo mereka udah pergi."
Ujaran itu diduga menista tiga pihak sekaligus: Cebong, Kampret, dan Awan.
Saudara Kevinalegion diduga bermaksud meniadakan eksistensi tiga pihak itu, karena dianggap telah membuat hidupnya suram. Karena itu dia patut diduga telah melakukan tindak penistaan.
Saya tidak tahu apakah sudah ada orang yang mengaku Cebong atau Kampret atau Awan yang melaporkan Saudara Kevinalegion ke Bareskrim dengan sangkaan penistaan.
Karena saya juga tidak perduli. Saya sedang menikmati "musim semi" penulis hebat Nusa Tenggara Timur di Kompasiana. Patut diduga Kompasianer Tilaria Padika adalah "penabur benih"-nya.