Di rimbun pohon beringin tua itu rupanya Engkau menegurku tersamar di rupa kicau burung-burung di pagi hari.
"AnakKu, lihatlah mentari pagi Jakarta di langit merah darah oleh tabir asap buangan mesin mobil tuamu kemarin pagi."
Skeneri siluet salib dalam bingkai langit merah indah itu rupanya adalah kalimat peringatan dari-Mu akan nasibku nanti di suatu hari.
Dahulu Engkau sudah pernah menunjukkan nasib itu padaku dalam rupa mujair asap tergantung di atas tungku milik nenekku di suatu pagi.
"Baiklah, aku berjanji padaMu, mulai besok pagi mobil tua ini aku istirahatkan di garasi."
Engkau pasti sedang tertawa sekarang, dalam nada kasihan, sebab aku baru saja berbohong padaMu lagi.***
Jakarta, 19 September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H