No pic(ture means) hoax! Ini bukan aforisme baru sebenarnya. Sebelum teknologi fotografi menjadi perangkat pendukung bagi periset, dulu lazim digunakan teknik gambar atau lukis untuk mengabadikan obyek riset.
Karena itu laporan-laporan riset klasik, misalnya biologi dan antropologi, lazim dilengkapi ilustrasi gambar tangan atau lukisan. Untuk memberi bukti visual tentang obyek atau subyek riset kepada khalayak pembaca.
Di era teknologi digital sekarang, dokumentasi visual untuk sebuah riset sudah terlalu mudah dilakukan. Cukup dengan modal telepon genggam modern, periset sudah bisa mengabadikan obyek atau subyek apa saja yang diperlukan sebagai bukti visual untuk laporan risetnya.
Saya juga begitu. Cukup dengan menggunakan telepon genggam modern tua, saya sudah bisa mengabadikan sejumlah obyek riset yang diperlukan sebagai bukti visual untuk laporan studi kasus selokan Gang Sapi Jakarta.
Beberapa di antaranya dilampirkan di sini, sebagai bukti visual untuk laporan studi kasus yang sudah saya tuliskan dalam empat bagian di Kompasiana ini.
Di bawah tiap foto saya sertakan keterangan singkat, untuk melengkapi obyek yang sudah bisa dilihat pembaca sendiri.
Foto 1: Jumat 24 Agustus 2018, selokan Gang Sapi mampet oleh tumpukan limbah padat yang meruapkan bau busuk ke udara. Kondisi ini sudah berlangsung 3 minggu.
Foto 2: Selasa 27 Agustus 2018, seorang warga menarik limbah padat ke setengah badan selokan Gang Sapi, agar limbah cair dapat mengalir ke Kali Mampang.
Foto 3: Sabtu 1 September 2018, selokan Gang Sapi mulai terisi limbah padat lagi setelah pengangkatan sampah tanggal 31 Agustus 2018 oleh petugas PPSU.
Foto 4: Kondisi gorong-gorong selokan Gang Sapi tanggal 1 September 2018. Masih dipenuhi limbah padat.
Foto 5: Kondisi Kali Mampang hari Jumat 31 Agustus 2018. Ada endapan lumpur di lekuk-dalam belokan sungai.