Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Kali Item dan Gejala Pembangunan Reaktif di Jakarta

Diperbarui: 31 Juli 2018   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: kompas.com)

Warga Jakarta selayaknya berterimakasih kepada Kali Item berkat jasanya membuka pola pembangunan yang diterapkan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

Kasus Kali Item menguak jelas pola pembangunan yang diterapkan  oleh Gubernur Anies  adalah  pembangunan reaktif, alias pembangunan tak terencana.

Itulah pola pembangunan yang bersifat parsial, ahistoris, tanpa kejelasan landasan, strategi, dan target.

Pembangunan reaktif itu kebalikan dari pola pembangunan proaktif, atau terencana. Pembangunan proaktif itu integratif, holistik, historis, jelas landasan, strategi, tujuan, dan targetnya.

Dengan menganalisis kasus penanggulangan bau Kali Item, dapat ditunjukkan sedikitnya empat ciri pembangunan reaktif yang dijalankan Gubernur Anies.

Saya akan tunjukkan satu per satu secara ringkas saja di sini.

Parsial

Pertama, pembangunan reaktif  bersifat parsial. Ia terfokus hanya pada penyelesaian satu aspek masalah tanpa melihat keseluruhan masalahnya.

Dalam kasus Kali Item, Anies  hanya fokus mengatasi masalah bau air kali.  Bukan mengatasi  masalah pokoknya yaitu pencemaran badan air yang bersifat kronis oleh  limbah domestik dan industri rumahtangga.  

Maka Anies hanya berputar-putar pada ragam upaya penghilangan bau dari indra penciuman.    Diterapkanlah teknologi bubble nano, waring, sampai penyemprotan cairan bakteri anti-bau.

Sayangnya sampai hari ini belum terbukti efektivitas ragam upaya itu. Yang sudah terbukti adalah  inefisiensinya.  Karena membelanjakan anggaran tanpa memberi hasil yang setimpal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline