Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Alangkah Jeleknya Danau Toba

Diperbarui: 7 Agustus 2016   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Danau Toba Jorok dan Gundul (Sumber: batakgaul.com)

Ada anekdot begini.  Sebelum bergerak menaklukkan Tanah Batak, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengirim seorang mata-mata ke Tanah Batak. Misinya: cari tahu bagaimana kehidupan orang Batak.

Mata-mata itu melaksanakan tugasnya dengan baik.  Sekembali dari Tanah Batak, dia  melapor kepada Gubernur Jenderal di Batavia.

 “Lapor,” katanya, “Tanah Batak subur-makmur.  Orang Batak hidup sejahtera dan bahagia.  Tiap sore para lelakinya  minum susu sambil nyanyi-nyanyi di kedai.”  

“Bagus,” sambut Gubernur Jenderal, “kita harus taklukkan daerah makmur itu. Sekarang juga!”

Maka dikirimlah pasukan Pemerintah Hindia Belanda untuk menaklukkan Tanah Batak.  Sukses! “Noktah putih”, tanda “wilayah merdeka” dalam  peta Pulau Sumatera hilang.

Pandangan "Orang Luar"

Apakah benar para lelaki Batak tiap sore minum susu sambil berdendang-ria di kedai?  

Tentu saja tidak.  Faktanya, mereka minum tuak di lapo tuak, sambil nyanyi’nyanyi. Sebagian mungkin kebablasan mabuk.

Jika dipindah ke masa kini, mungkin  mereka melantunkan “Lissooiii”, lagu wajib “Parmitu” (Pe-minum-tuak).  

Liriknya antara lain begini:  “Dongan sapanghilalaan o parmitu.  Dongan sapartinaonan o parmitu. Arsak rap manghalupahon o parmitu. Tole ma rap mangendehon olo tutu.”  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline