Apa alasan paling gak mutu untuk keterlambatan di Jakarta? Macet! Ya, benar, alasan macet. Bener-benar gak mutu.
Bukan Jakarta namanya kalau gak macet. (Wonosari mungkin itu). Maka, macet bukan alasan untuk telat lagi di Jakarta.
“Sudah tahu Jakarta macet, bukannya berangkat lebih dini!” Itu teguran yang lazim. Maksudnya mengingatkan kebodohan dalam pemilihan waktu berangkat.
Intinya, terjebak kemacetan di Jakarta adalah pilihan. Tepatnya pilihan waktu berangkat dan rute perjalanan. Salah pilih waktu dan rute, ganjarannya macet.
Contoh. Poltak tinggal di Pondokcabe, Tangerang Selatan. Dia punya jadwal rapat bisnis pukul 9.00 WIB, pada hari kerja, di sebuah kantor di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Pertanyaan pertama, pukul berapa dia harus berangkat dari rumah? Kalau dia berangkat pukul 8.00 WIB, berarti dia sengaja memilih untuk terjebak kemacetan. Lewat rute manapun dia, naik kendaraan pribadi, pasti terlambat tiba di Kuningan tersebab macet.
Kalau mau tiba tepat waktu di Kuningan, paling aman bagi Poltak berangkat paling lambat pukul 6.00 pagi.
Pertanyaan kedua, rute perjalanan mana yang sebaiknya dia tempuh? Ada banyak pilihan rute. Tapi misalkan dia pilih rute yang melintasi Jalan Fatmawati, berarti dia sengaja memilih untuk macet di jalan. Sebabnya, proyek konstruksi jalur MRT di sepanjang jalan itu hanya menyisakan masing-masing satu jalur kendaraan di dua arah jalan. Pasti macet pada jam sibuk pagi dan sore hari.
Contoh lain. Poltak selesai mengikuti acara minum kopi pagi pukul 8.00 di Jalan Warungjati, Jakarta Selatan. Pukul 9.00 WIB dia punya janji bertemu rekan bisnis di sebuah kantor di Jl. Thamrin.
Kalau Poltak memilih naik kendaraan pribadi ke Jl. Thamrin, berarti dia sengaja memilih terjebak macet, dan terlambat tiba di Jalan Thamrin.
Pilihan yang paling cerdas dan tepat adalah naik bus Transjakarta koridor Ragunan-Dukuh Atas, lalu disambung naik bus Transjakarta Blok M-Kota ke arah kantor tujuan.