Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

LGBT, “Gender Ketiga”?

Diperbarui: 20 April 2016   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

"One is not born, but rather becomes, a woman" (Simone de Beauvoir, 1953).

Formulasi Beauvoir dalam mahakaryanya, “The Second Sex”, itu menjadi acuan pembeda “sex” (jenis kelamin) dan “gender”. Identitas “sex” diperoleh karena kelahiran (enachted). Sedangkan identitas “gender” diperoleh melalui sosialisasi (achieved).

Singkat kata, “gender” adalah “bentukan sosial” (social construct). Artinya “perempuan” dan “lelaki” sebagai kategori gender, adalah produk sosial-budaya, hasil sosialisasi.

Maka pembagian kerja dikotomis antara perempuan dan lelaki adalah hasil bentukan sosial. Perempuan ditempatkan di rumah (ruang domestik) melakukan pekerjaan rumahtangga (reproduksi). Sedangkan lelaki di luar rumah (ruang publik) melakukan pekerjaan cari nafkah (produksi).

Jadi, kalau seorang perempuan bekerja di dapur , itu bukan karena jenis kelaminnya perempuan. Tapi karena dia “diperempuankan” lingkungan sosialnya seperti itu.

Juga, kalau seorang lelaki bekerja mencari nafkah di luar rumah, itu bukan karena jenis kelaminnya lelaki. Tapi karena dia “dilelakikan” lingkungan sosialnya seperti itu.

Maka, dalam “The Second Sex” , Beauvoir menyimpulkan pemosisian perempuan sebagai warga masyarakat “kelas dua”, dan lelaki sebagai “kelas satu”, bukanlah bawaan jenis kelamin. Itu terjadi karena faktor gender yaitu sosialisasi atau bentukan sosial-budaya.

Lalu apa hubungannya dengan fakta LGBT (lesbian, gay, bisexual, transgender) yang mengemuka sekarang ini?

Gejala “Gender Ketiga"?

Rujukan pada Beauvoir itu hanya sebagai acuan untuk untuk menjelaskan konsep gender dan, nanti, konsep-konsep hegemoni gender dan perlawanan gender. Dengan kacamata sosiologi, saya hendak meminjam konsep-konsep itu untuk memahami LGBT sebagai sebuah “gejala sosial”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline