Ilustrasi "Belajar Menjadi Plagiator" (c Felix Tani, 22/01/2016)
Mari kita mulai dengan sebuah contoh. Perhatikan paragraf berikut ini.
“Bagaimana cara melenyapkan terorisme? Gampang sekali itu. Hanya ada satu kata: Lawan! Gitu aja kok repot.”
Pertanyaannya, apakah paragraf di atas tergolong plagiat? Saya mengaku. Itu plagiat.
Alasannya sederhana. Kalimat “Gampang sekali itu” menjiplak Jokowi. Kalimat “Hanya ada satu kata: Lawan” menjiplak Widji Thukul. Kalimat “Gitu aja kok repot” menjiplak Gus Dur.
Karena tak mencantumkan nama-nama mereka, entah dalam teks, entah sebagai catatan kaki atau catatan ujung, berarti saya tak mengakui dan tak menghargai mereka.
Dengan begitu, paragraf itu adalah plagiat. Disebut plagiat mutlak (verbatim) tipe sederhana (lihat Wiradi,2002).
Saya sendiri? Plagiator, itu pasti! Jadi, gampang sekali menjadi plagiator, bukan?
Contoh lain, perhatikan paragraf di bawah ini.
“Hati-hati, jangan sembarang menuduh Gafatar aliran sesat. Buktikan dulu dengan cermat. Apakah dia reinkarnasi Al Qiyadah Al Islamiyah? Kalau bukan, berarti bukan gerakan sesat.”