Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Benih Transgenik untuk Kedaulatan Pangan

Diperbarui: 15 Juli 2016   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai petani mardijker, sungguh senang duduk di ruang pertemuan di Aston Hotel Simatupang, Jakarta, mendengarkan para pakar bicara soal bioteknologi pertanian.

Mereka adalah Agus Pakpahan, Ketua Komisi Keamanan Hayati dan Pangan; Bambang Sugiharto, Guru Besar Universitas Jember; Bustanul Arifin, Guru Besar Unila; Winarno Tohir, Ketua KTNA; Bahagiawati, Profesor Riset Balitbangtan.

Saya beruntung boleh mendengar mereka bicara pagi ini, Kamis 21 Januari 2016. Itu berkat undangan Ikatan Keluarga Benih Indonesia (IKABI), Asosiasi Perbenihan Indonesia (ASBENINDO), dan Crop Life Indonesia. Ketiganya adalah pemrakarsa pertemuan diskusi ini.

Karena keterbatasan daya tangkap benak, saya laporkan paparan Agus Pakpahan saja. Beliau ini berlatarbelakang disiplin ekonomi, mantan Dirjen Perkebunan, dan mantan Deputi Menteri BUMN.

Ada sejumlah pokok pikiran atau kesimpulan menarik yang disampaikan Agus Pakpahan. Sejauh yang dapat saya cerna. Semua berdasar data empiris.

Pertama, di negara-negara maju jumlah petani menurun tapi luas penguasaan lahan per petani meningkat. Di Indonesia jumlah petani menurun tapi luas penguasaan lahan per petani juga menurun. Jadi, kalau tak ada terobosan teknologi, sulit berharap petani kita bisa makmur.

Kedua, jumlah penduduk dunia umumnya dan Indonesia khususnya meningkat secara eksponensial, sementara peningkatan produktivitas pangan pokok melandai. Tanpa terobosan teknologi untuk melonjakkan produktivitas, Indonesia akan memanen krisis pangan tahun 2050.

Ketiga, terobosan teknologi terpenting untuk peningkatan produktivitas adalah teknologi benih transgenik (Genetically Modified Organisms), dan sudah terbukti di Amerika Serikat, Brazil, Argentina, India, Kanada, dan China.

Keempat, pertanian Indonesia belum mengadopsi teknologi benih transgenik, tapi sehari-hari bangsa Indonesia sudah menikmati produk pangan organik berupa kedelai (tahu/tempe) dan jagung yang diimpor dari Amerika dan Brazil.

Kelima, untuk menjamin swasembada dan kedaulatan pangan Indonesia ke depan, pemerintah perlu meningkatkan investasi untuk pengembangan benih-benih tanaman pangan transgenik yang aman pangan, aman lingkungan, dan aman pakan.

Ya, diskusi di Aston Hotel ini memang membahas isu pengembangan benih transgenik untuk menyokong kedidupan bangsa Indonesia di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline