Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Keluarga Kita Adalah Miniatur Bangsa Kita

Diperbarui: 7 Agustus 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Keluarga berkarakter, Indonesia sejahtera." Itulah motto Harganas XXII, yang baru diperingati pada harin Sabtu 1 Agustus 2015 lalu di Tangerang Selatan.

Motto itu bermakna “bangsa Indonesia adalah fungsi dari keluarga Indonesia”. Jika keluarga Indonesia berkarakter, maka bangsa Indonesia akan sejahtera, atau sebaliknya.

Alur pikir itu, yang disebut logika struktural-fungsionalis, telah menuntun BKKBN menetapkan tema Harganas XXII berikut: "Harganas merupakan momentum upaya membangun karakter bangsa mewujudkan Indonesia sejahtera."

Dalam prakteknya, frasa "membangun karakter bangsa" itu menunjuk pada upaya pewujudan norma keluarga kecil, bahagia, sejahtera, berkualitas, bermartabat, dan harmonis. Inilah yang disebut BKKBN sebagai “keluarga berkarakter”.

Keluarga berkarakter itu , secara agregat diyakini akan membentuk sebuah bangsa berkarakter pula, atau sebuah bangsa sejahtera. Itu sebabnya dikatakan “membangun keluarga berarti membangun bangsa”.

Karena fokus pada karakter maka, dalam perspektif BKKBN, proses "membangun keluarga membangun bangsa" dipahami sebagai wujud “revolusi mental”. Implikasinya, merevolusi mentalitas dalam lingkungan keluarga dengan sendirinya berarti merevolusi mentalitas bangsa.

Lantaran menyangkut “revolusi mental”, timbul tiga pertanyaan dasar. Pertama, mengapa mentalitas dalam lingkungan keluarga diyakini sebagai penentu mentalitas bangsa? Kedua, mentalitas macam apa yang mesti diubah secara radikal? Dan ketiga, dengan cara bagaimana proses perubahan mentalitas itu hendak digerakkan?

 

Keluarga Miniatur Bangsa

Dalam perspektif struktural-fungsionalis yang dianut oleh BKKBN, sebuah keluarga dipahami sebagai sub-sistem dari sistem bangsa. Fokus analisis keluarga dalam perspektif ini adalah relasi fungsionalnya, internal dan eksternal, di tiga bidang kehidupan yaitu ekonomi, politik, dan budaya.

Maka, dalam perspektif tersebut, bicara mengenai karakter keluarga berarti bicara tentang kualitas kehidupan ekonomi, politik, dan budayanya. Sebuah keluarga disebut berkarakter apabila mandiri secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian secara budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline