Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Humor Revolusi Mental #093: Ini Pabrik Tenun, Bukan Pesta Adat!

Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Jika buruh pabrik punya adat yang baik , maka dampaknya akan baik bagi kinerja perusahaan. Tapi kalau buruh pabrik mencampur-adukkan nilai-nilai adat dan nilai-nilai organisasi pabrik, maka bisa berdampak buruk pada kinerja perusahaan.

Hal terahir ini terjadi pada Ompu Sopar, salah seorang paman Si Poltak, yang memiliki pabrik tenun kain sarung di Balige, Tanah Batak. Operator mesin tenunnya adalah buruh perempuan. Sedangkan kerja perawatan mesin, pewarnaan benang, penjemuran, dan pengepakan dilakukan buruh laki-laki.

Nah, salah seorang buruh laki-laki itu, sebut saja namanya Tumpal, kebetulan semarga dengan isteri Ompu Sopar. Itu berarti, sesuai struktur masyarakat adat Batak, Si Tumpal itu tergolong sebagai hula-hula, pihak keluarga pemberi isteri, bagi Ompu Sopar. Sedangkan Ompu Sopar otomatis menjadi boru, pihak keluarga penerima isteri, bagi Si Tumpal.

Dalam masyarakat adat Batak, ada nilai adat yang mengatakan, “Durung do boru, tomburan hula-hula.” Arti harafiahnya, kira-kira, “Boru adalah tangguk ikan, hula-hula adalah piring sajian ikan.” Arti kontekstualnya, kira-kira, “Boru bekerja, hula-hula menikmati hasilnya.”

Si Tumpal, buruh khusus kerja pewarnaan benang, rupanya tergolong manusia Batak yang kesadaran adatnya kebablasan. Nilai adat “Durung do boru, tomburan hula-hula” itu diterapkannya dalam seluruh segi kehidupannya. Termasuk dalam bekerja sebagai buruh di pabrik tenun Ompu Sopar.

“Tolonglah gajiku dinaikkan sedikit Amangboru,” pinta Tumpal kepada Ompu Sopar pada hari pertama penerimaannya sebagai buruh, “Sebab durung do boru, tomburan hula-hula.

Karena isterinya menganggukkan kepala, tanda setuju, maka Ompu Sopar terpaksalah memenuhi permintaan Tumpal.

“Tolonglah aku diberi uang rokok bulanan, Amangboru,” pinta Tumpal di lain hari, “Sebab durung do boru, tomburan hula-hula.”

Karena isterinya menganggukkan kepala pula, tak bisa lain, Ompu Sopar pun terpaksa memenuhi permintaannya. Padahal, dengan memenuhi permintaan itu dan sebelumnya, kinerja keuangan jadi menurun. Karena pengeluaran bertambah, tapi produktivitas tetap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline