Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Membaca “Ahok-Jaya Suprana” dalam Terang “Yin-Yang”

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membaca “Ahok-Jaya Suprana” dalam Terang “Yin-Yang” [Kritik kepada Kompasianer Penafsir Jaya Suprana dan Ahok]

Membaca Gubernur DKI Basuki Tj. Purnama (Ahok) dan Kelirumolog Jaya Suprana (JS) secara terpisah, saya kira, sah-sah saja.Itulah yang dilakukan sejumlah Kompasianer baru-baru ini, dalam menanggapi surat terbuka JS (di Sinar Harapan) kepada Ahok, dan respon Ahok sendiri atas surat itu. (Catatan: surat senada juga terbit di Suara Pembaruan).

Sedikitnya, ada tujuh orang Kompasianer yang menulis artikel menanggapi JS.Merekaadalah Hilman Fajrian (artikelnya dihapus?), Agustinus Wahyono (ketionghoaan js dan btp), Pakde Kartono (kontradiksi ahok-js), Muhammad Armand (rasisnya js), dan Meicky S. Panggabean (untuk js ttg ahok), dan S. Aji (membaca lagi js).

Kesimpulan para Kompasianer itu variatif.Dengan teknik mirror reading, Hilman menunjukkan bahwa target JS sebenarnya bukan Ahok pribadi, tapi masyarakat Indonesia secara umum, tanpa pandang etnis. Agustinus lebih menyorot beda latar budaya “kecinaan” antara Ahok (Bangka) dan JS (Jawa), sehingga menampilkan “bahasa” yang beda rasa, walau maksudnya serupa. Pakde Kartono menekankan polemik terbukaantara Ahok vs JS sebenarnya tak perlu, karena bisa dilakukan secara tertutup, empat mata.Muhammad Armand menganggap JS “blunder”, karena terkesan jadi rasis dengan isi suratnya itu.Meicky Panggabean menilai ketakutan-ketakutan JS sebagai sesuatu yang tak relevan untuk konteks Indonesia kini, karena lebih banyak masalah genting yang lebih penting untuk diatasi bersama, antara lain korupsi. Lalu S. Aji mengajak untuk mirror reading, membaca surat JS sebagai optimisme, bukan pesismisme.

Karena membaca Ahok dan JS secara terpisah, maka ketujuh artikel tersebut cenderung terperangkap dalam bingkai “kontroversi Ahok vs JS”, dengan kecenderungan “pemihakan” pada Ahok.Ini sebenarnya sah-sah saja.

Tapi, menurut saya, ada cara lain untuk membacanya, yaitu dengan membaca keduanya sebagai sebuah “kesatuan integral”.Dengan cara itu, kita bisa tiba pada pemahaman yang berbeda, atau sekurangnya tidak memahaminya sebagai sebuah “kontroversi”.

Terang Yin-Yang

Saya mengusulkan untuk membaca Ahok-JS sebagai sebuah kesatuan dengan menggunakan terang filosofi Yin-Yang.Ini adalah konsep filosofis Taoisme untuk mendeskripsikan sifat dua kekuatan yang saling berlawanan tapi merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling membangun.

Disimbolkan dengan gambar bulatan Taijitu, maka Yin adalah bidang hitam dengan titik putih di dalamnya dan Yang adalah bidang putih dengan titik hitam di dalamnya.Yin adalah “gelap”, menunjuk pada karakter lambat, lembut, dingin, basah, dan pasif., Yang adalah “terang”, menunjuk pada karakter cepat, keras, padat, fokus, panas, kering, dan agresif (baca a.l: Wikipedia.org).

Berdasar pengertian konsep Yin-Yang itu, maka saya menyatukan Ahok dan JS sebagai bulatan Taijitu, dimana Ahok adalah Yang dan JS adalah Yin.Diletakkan dalam konsep Yin-Yang ini maka Ahok dan JS membentuk “keseimbangan” antara “panas” (Ahok) dan “dingin” (JS).

Dalam konteks ini, JS telah mengambil sikap dan tindakan sangat bijak.Dia sangat paham bahwa tidak baik membiarkan karakter “panas” Ahok bermain sendiri karena, kalau terakumulasi, pada batas tertentu bisa “membakar” Ahok sendiri dan dengan demikian juga masyarakat DKI Jakarta khususnya.Maka dengan surat terbukanya di Sinar Harapan (dan Suara Pembaruan) itu, JS mengimbangi “panas’-nya Ahok dengan karakter “dingin”-nya JS, sehingga tercipta sebuah keseimbangan yang simetris.Dengan cara itu, “panas”-nya Ahok tidak melulu dikompori dengan “panas”-nya DPRD, tapi dinetralisir juga dengan “dingin”-nya JS.

Intinya, dengan menempatkan Ahok-JS dalam konsep Yin-Yang, kita bisa menjadi lebih arif melihat persoalan.Tak melulu membela Ahok di satu pihak, dan mencemooh JS di lain pihak, atau sebaliknya.(*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline