Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Kawal Pangan #002: Dahlan Iskan, Sosok Tepat Menteri Pertanian dan Pangan Kabinet Jokowi-JK

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Dahlan Iskan tengah meladeni wawancara wartawan. (KOMPAS.com)"][/caption]

Posisi yang diplot untuk Pak Dahlan Iskan dalam prediksi susunan Kabinet Jokowi-JK di berbagai media, tidak konsisten dengan paradigma "Revolusi Mental Menjadi Indonesia Hebat". Bukan posisi Menteri BUMN atau Menko Perekonomian yang tepat untuk Pak Dahlan tetapi Menteri Pertanian dan Pangan. Tambahan kata "pangan" untuk memastikan pencapaian kedaulatan pangan sebagai fokus kementerian itu. Ini mungkin di luar pikiran umum. Tapi ada argumentasi kuat di baliknya. Kaitannya dengan kualitas kepemimpinan dan visi Pak Dahlan yang sangat relevan dengan tuntutan revolusi mental untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional, sebagai salah satu indikator "Indonesia Hebat". Kepemimpinan Revolusioner Di tingkat kabinet, revolusi mental mewujudkan Indonesia Hebat mempersyaratkan menteri dengan kualitas kepemimpinan dan visi revolusioner. Dahlan Iskan adalah serorang yang memenuhi kualifikasi itu. Bukti kualitas kepemimpinan revolusioner Pak Dahlan tak terbantahkan. Dengan modal awal Rp 30.000 (1982), dia sukses menjalankan revolusi mental total di koran Jawa Pos dengan meningkatkan etos kerja, disiplin, sikap proaktif, keahlian, dan jam kerja. Hasilnya dalam 5 tahun Jawa Pos bangkit dari koran lokal yang nyaris mati menjadi koran nasional besar yang disegani. Visi revolusionernya: Jawa Pos menjadi yang terhebat di Indonesia. Kini Grup Jawa Pos menjadi jaringan pemberitaan terbesar di Indonesia, mencakup 207 koran, 67 percetakan, dan 42 stasiun TV lokal. Orang yang bisa menghidupkan koran yang nyaris mati, pastilah seorang revolusioner dan pekerja keras teguh hati, yang akan membawa kemajuan di manapunditempatkan. Itulah yang terjadi ketika Pak Dahlan menjadi Dirut PLN tahun 2009. Visi revolusionernya: PLN menerangi seluruh Indonesia. Tiga tahun memimpin PLN, dia berhasil menjalankan revolusi mental di perusahaan itu, dengan hasil nyata frekuensi dan jumlah jam listrik byar-petberkurang nyata dan luas wilayah terterani listrik bertambah nyata. Revolusi mental PLN, dengan fokus pada efisiensi, berhasil mengatasi krisis listrik melalui perbaikan manajemen distribusi daya, memangkas daftar tunggu sambungan listrik melalui gerakan sehari sejuta sambungan, dan meningkatkan efisiensi pembangikit listrik melalui penggunaan bahan bakar gas. Revolusi mental dijalankan Pak Dahlan pula ketika menjadi Menteri BUMN tahun 2011. Visi revolusionernya: BUMN sebagai pilar ketahanan nasional, mesin pertumbuhan, dan kebanggaan nasional dengan menjadi yang terbaik di dunia. Revolusi mental berhasil mengubah wajah BUMN dari organisasi birokrasi yang inefisien menjadi organisasi bisnis modern yang efisien. Hasilnya spektakuler: mayoritas BUMN yang sudah mati suri hidup kembali (a.l. Dloyd, IKI, Garam, Istaka, Inuki), sejumlah BUMN mulai mendunia (a.l. Pupuk Indonesia, Semen Indonesia, Wijaya Karya), dan dua BUMN (Pertamina dan PLN) masuk daftar Fortune 500. Revolusi Kedaulatan Pangan Kepemimpinan revolusioner Pak Dahlan terbukti sukses merevolusi perusahaan Jawa Pos dan barisan BUMN dari "buruk" menjadi "baik" dan akhirnya "hebat" (kelas dunia). Di lingkungan BUMN, dia sudah meletakkan peta jalan revolusi dan tinggal menapakinya saja. Karena itu saatnya Pak Dahlan beralih ke bidang lain yang lebih genting dan memerlukan sentuhannya.Kementerian BUMN dapat diikhlaskan kepada penggantinya yang, diakui atau tidak, sudah disiapkan antara lain Ignatius Jonan, Dirut KAI. Berikutnya bukan posisi Menko Perekonomian yang pas untuk Pak Dahlan. Posisi tukang koordinasi alias mandor tidak klop dengan tipe Pak Dahlan yang orang lapangan tulen dengan motto "kerja, kerja, kerja". Sebagaimana terbaca dalam sejarah kepemimpinannya, dia harus berhadapan langsung dengan suatu entitas sosial sebagai fokus sekaligus subyek revolusi, entah itu perusahaan (Jawa Pos, PLN) atau jaringan perusahan (BUMN). Posisi berikutnya yang tepat untuk Pak Dahlah adalah Menteri Pertanian dan Pangan. Orang pasti bilang Pak Dahlan bukan ahli pertanian. Memang, tapi Pak Dahlan juga bukan ahli perlistrikan ketika menjadi Dirut PLN. Tapi dia punya kuncinya yaitu visi dan kepemimpinan revolusioner untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Dalam periode pemerintahan mendatang, siapapun presidennya, Indonesia dipastikan akan merevolusi rejim pangan dari rejim ketahanan pangan yang liberal menjadi rejim kedaulatan pangan yang proteksionis. Fokusnya adalah penguatan sistem pangan loka/l domestik untuk menjamin kemandirian penyediaan pangan nasional, sehingga Indonesia bebas dari perangkap ketergantungan pada impor pangan (food trap). Pak Dahlan sendiri sudah memiliki visi revolusioner terkait kedaulatan pangan yaitu membangun sinergi BUMN Pangan dan petani sebagai pilar utama penyangga kedaulatan pangan nasional. Visi ini, selain udah sering dikatakan, juga sudah dijalankan melalui Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) BUMN dan berhasil meningkatkan produktivitas usahatani padi rata-rata 1,0 ton/ha. Jika visi ini dijadikan visi Departemen Pertanian dan Pangan maka, melalui revolusi mental total, departemen ini niscaya mampu memimpin revolusi kedaulatan pangan hingga mencapai tujuannya. Kapasitas Pak Dahlan sangat diperlukan Departemen Pertanian dan Pangan untuk membangun sistem pangan lokal berbasis korporasi modern yang kuat. Sistem tersebut terdiri dari dua entitas agribisnis pangan yang bergotong-royong mewujudkan kemandirian pangan yaitu BUMN Pangan dan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Pangan. Kedua entitas tersebut sejauh ini belum terbentuk, walaupun sudah ada embrionya dalam GP3K. BUMN Pangan idealnya mengintegrasikan entitas-entitas BUMN terkait pertanian pangan yaitu PIHC (pupuk dan pestisida), Jasa Tirta (pengairan), Sang Hyang Seri (benih), Pertani (pasca-panen), Bulog (distribusi pangan), dan BRI (pembiayaan). Sedangkan BUMP Pangan idealnya merupakan hasil transformasi dari Kelompok Tani/Gapoktan, yang direvitalisasi menjadi entitas agribisnis modern pedesaan sehingga sepadan menjadi mitra gotong-royong BUMN Pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Mungkin Pak Dahlan keberatan dengan gagasan ini. Tapi kalau Presiden RI 2014-2019 sepakat dengan ide ini maka, seperti biasanya, Pak Dahlan selalu gagal menemukan ruang kelitan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline