“Rem yang melekat pada sepeda motor di jalanan Jakarta, kurang-lebih fungsinya seperti usus buntu di perut kita.”
Itu saya kutipkan dari dokumen Catatan Harian Pak Frans, peneliti sosial yang punya prinsip “Amati dan catat!”.
“Rem pada sepeda motor di jalanan Jakarta tak berfungsi. Seperti usus buntu, ada, tapi tak guna. Mungkin, karena tak pernah dipakai, jadi mal-fungsi. Lampu merah diterobos.Lintasan kereta api sedang nang ning nong tancap terus. Zebra cross penuh penyeberang dilibas.Trotoar disikat.Jalur verboden diterabas.Jembatan penyeberangan dipanjat.Sempritan stop dari polisi direspon dengan gas tinggi, standing dan terbang,” tulisnya lebih lanjut.
“Lantas, kalau bukan remnya, apa yang bisa menghentikan laju sepeda motor di Jakarta?” Saya bertanya-tanya dalam hati.
Pertanyaan saya terjawab pada lembar kedua Catatan Harian Pak Frans.Saya kutipkan selengkapnya di sini.
“Berdasar hasil pengamatan, ternyata ada empat jenis rem extraordinary yang sangat pakem, dijamin akan menghentikan laju sepeda motor Jakarta seketika.
Pertama, rem “tiang”.“Tiang” ini nama generik untuk semua benda yang berbentuk tiang di pinggir jalan: tiang kabel listrik, tiang kabel telepon, tiang jalan layang, pohon, hidran, pal, tembok, pagar jalan, dan sebagainya.Rem tiang biasanya bekerja saat ada pengendara sepeda motor yang ngebut tapi hilang konsentrasikarena mabuk, atau panik karena dikejar polisi.
Kedua, rem “ular besi”.Maksudnya gerbong kereta api. Jenis rem ini sangat jitu menghentikan laju sepeda motor yang nekad menerobos rel saat moncong kereta api sudah di ujung hidung.
Ketiga, rem “pantat”.Maksudnya pantat truk, bus, atau mobil lainnya.Jenis rem ini biasanya berfungsi menghentikan laju sepeda motor yang ugal-ugalan, selap-selip dengan kecepatan tinggi (sambil hape nyelip dalam helm), mungkin karena mau eksis atau dikejar atau mengejar sesuatu.
Keempat, rem “lubang”.Apa saja yang berbentuk lubang bisa menjadi rem pakem.Lubang jalanan yang rusak, lubang galian, sampai lubang selokan atau kali di tepi jalan.Jenis rem ini biasanya berguna untuk menghentikan laju sepeda motor yang dipacu pengendara yang kurang sadar lingkungan, mau enaknya saja.”
“Sayangnya,” lanjut Pak Frans dalam catatanya, “keempat jenis rem itu biasanya mengantar pengendara sepeda motor ke Ruang Gawat Darurat Rumah Sakit.”
Lalu, menutup Catatan Harian itu, Pak Frans memberikan satu tips penting bagi pejalan kaki di jalanan Jakarta: “Dahulukan sepeda motor di Zebra Cross.”(*)
#Moral revolusi mental-nya: "Pertobatan sering terjadi di Ruang Gawat Darurat, dengan syarat masih bernafas."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H