Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Humor Revolusi Mental #027: Mendadak Pastor di Flores

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Terkadang, ada juga baiknya kita disangka dari profesi tertentu, padahal sama sekali bukan, alias "status palsu".

Setidaknya, pengalaman Pak Frans, peneliti sosial di Desa Fausambi, Ende, Flores 23 tahun lalu bisa menjadi contoh yang baik.

Suatu pagi, dalam perjalanan ke rumah responden, di pekarangan sebuah rumah penduduk, Pak Frans melihat seorang bapak sedang memarahi anak laki-lakinya yang duduk menangis di tanah.Pak Frans berhenti di dekat mereka untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

“Kamu pergi sekolah, kaa!” bentak Sang Bapak kepada Si Anak.Tahulah Pak Frans duduk soalnya.Ternyata Si Anak sedang mogok sekolah.

“Anak Bapak, kenapa?”Pak Frans bertanya, dalam nada prihatin.

Sang Bapak terdiam.Menoleh ke arah Pak Frans, lalu menyelidik dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki.Sejurus kemudian, setengah berteriak, ia menjawab:

“Begini, Pastor! Ini, anak saya tidak mau ke sekolah, kaa!”

Mendengar kata “pastor”, mendadak sontak Si Anak langsung berdiri dan berteriak ketakutan:

“Tidaaaak! Pastooor! Saya mau ke sekolaah!”Langsung Si Anak terbang lintang-pukang menuju sekolah.

“Heeiih, itu anak, dasar anak nakal.Takutnya hanya pada pastor.Polisi dia tidak takut,” kata Sang Bapak sambil menghela nafas.

“Terimakasih, Pastor,” ucap Sang Bapak kepada Pak Frans yang justru melongo karena dikira seorang pastor.

“Maaf, Bapak.Saya bukan pastor,” balas Pak Frans kebingungan.

“Ah, Pastor jangan bohong.Itu, Pastor pakai sepatu sandal.Hanya Pastor yang pakai sepatu sandal,” kata Sang Bapak meyakinkan “kepastoran” Pak Frans.

Pak Frans, tidak bisa berdalih apapun lagi.Terpaksa ia harus terima kenyataan mendadak dituduh sebagai Pastor.Padahal, tampangnya lebih mirip seorang umat pendosa.

Belakangan, dari temannya Pak Piet, dia memperoleh dua informasi penting.Anak-anak di Flores memang umumnya takut dan patuh kepada Pastor.Lalu, sepatu sandal memang alas kaki eksklusif para pastor dan bruder di Flores.

“Yah, padahal, saya pakai sepatu sandal karena alasan kesehatan.Soalnya, kalau pakai sepatu, kepala jadi pusing,” kata Pak Frans dalam hati.(*)

#Moral revolusi mental-nya: “Boleh terima status palsu demi kebaikan, tapi jangan gunakan untuk keburukan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline