Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Pesan Natal untuk Jokowi: Etika Tukang Kayu

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Duaribu tahun yang lalu seorang Tukang Kayu bernama Yesus,putra seorang tukang kayu bernama Yosef, hadir di bumi Israel membawa kabar gembira, kabar keselamatan, kabar pembebasan jiwa umatNya dari penjajahan “Kerajaan Kegelapan”.

Sejarah kemudian membuktikan bahwa Tukang Kayu itu berhasil membangun dan mewariskan sebuah “kerajaan” terbesar bagi umat manusia di dunia.Itulah Gereja Kristiani, sebuah “kerajaan keagamaan” dengan total jumlah umat terbesar di dunia.Umat yang menyembah Yesus Si Tukang Kayu itu sebagai Kristus Raja, Sang Juru Selamat, sumber kegembiraan dan kedamaian duniawi dan akhirat.

Tak ada kesangsian bahwa kasih adalah nilai utama yang menjadi pegangan Yesus dalam membangun KerajaanNya.Tapi kerap dilupakan adanya nilai lain, yang merupakan turunan dari nilai kasih, yang menuntun Yesus dalam bekerja.Itulah nilai-nilai kerja tukang kayu yang diwarisi Yesus dari Yosef ayahnya.

Nilai-nilai tersebut tepat kiranya disebut sebagai “etika tukang kayu”.Itulah etika yang secara ketat memimpin perilaku kerja seorang tukang kayu.Dengan begitu ia bisa menghasilkan karya konstruksi terbaik yang, jika mengutp Vitruvius (arsitek Romawi), memenuhi sekaligus syarat-syarat kekuatan, kegunaan, dan keindahan pada tingkatan tertinggi.

Seperti apakah etika tukang kayu itu dan bagaimana relevansinya dengan bangsa dan negara Indonesia masa kini?

***

Seorang tukang kayu dapat menghasilkan karya konstruksi terbaik (kuat, berguna, indah) jhanya jika ia mengamalkan etika tukang kayu yaitu dua nilai kerja pertukangan kayu.Itulah nilai-nilai “ke-lurus-an” (straightness) dan “ke-tepat-an” (precision). Dua nilaiyang saling mengandaikan:“karena lurus maka tepat”,“agar tepat maka harus lurus”.

“Lurus”-nya tukang kayu mengandung makna teknis dan etis sekaligus.Makna teknisnya setiap permukaaan balok kayu harus lurus, datar, yang dipastikan dengan alat penggaris bersiku dan waterpas, atau sekadar kekeran mata.Tukang kayu tak akan mentolerir ataupun menutupi ketak-lurusan, karena hal itu akan merusak harmoni antar fungsi dan juga keindahan pada sistem bangunan.

Makna etisnya, seorang tukang kayu berhati lurus. Atau dengan kata lain, “jujur”, bagian dari etos kerjanya.Tukang kayu adalah pekerjaan terukur, sampai pada tingkat ketelitian milimeter.Mustahil bagi tukang kayu berbuat curang dengan cara,misalnya,mark-up volume bahan baku.Tak masuk akal menghabiskan 1.0 m3kayuuntuk satu meja tulis selebar 1.0 m2.

“Tepat”-nya tukang kayu juga mengandung makna teknis dan etis sekaligus.Secara teknis, setiap komponen pembentuk bangunan harus memiliki dimensi panjang, lebar, dan tebal yang tepat ukuran.Setiap ujung komponen yang bertemu pada satu sudut harus saling-kunci secara tepat.Hanya dengan cara itu, sebuah bangun kayu dapat berdiri kuat, berdaya-guna, dan indah.

Makna etisnya, tukang kayu memiliki komitmen “ketepatan” yang sangat kuat dalam bekerja.Tepat bahan (jumlah dan mutu), tepat biaya, tepat waktu, tepat keahlian, dan tepat hasil.Semua unsur tersebut serba terukur, sehingga tidak ada ruang curang bagi siapapun.Jelas tak masuk akal membayar Rp 2,0 juta untuk sebuah kursi makan standar yang terbuat dari mahoni muda.

Dengan dua nilai utama itu, kejujuran (kelurusan) dan ketepatan, kerja tukang kayumenjadi transparan dan akuntabel.Bersih dari kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) yang bersifat destruktif.Sangat jelas bahwa KKN sangat bertentangan dengan kerja tukang kayu yang bersifat konstruktif, dalam arti fisik ataupun sosial.

Lurus dan tepat, itulah etika kerja Yesus Kristus dalam keseluruhan karya penebusannya duaribu tahun lalu.Tak ada yang ditutupi dan tak ada yang diingkari.Setiap hal dilakukan dan mencapai hasil tepat seperti apa yang telah dikatakannya.Dalam istilah manajemen sekarang, transparan dan akuntabel.Bahwa etika kerja itu kemudian menyebabkan Dia dimusuhi dan dibenci kaum Farisi, yang kemudian memfitnah dan bahkan mengirimkanNya pada kematian di kayu salib, hal itu sudah diperhitungkan dan diterimaNya dengan rela.

***

Duaribu tahun setelah Yesus Kristus, seorang tukang kayu bernama Joko Widodo (Jokowi), putra seorang tukang kayu bernama Noto Mihardjo, hadir di bumi Indonesia sebagai Presiden ke-7 RI yang membawa kabar gembira, kabar keselamatan, kabar pembebasan bangsa dan negara dari penjajahan politik, ekonomi, dan budaya asing.

Presiden Jokowi menjanjikan “Indonesia Hebat”.Itulah Indonesia yang merdeka dalam arti sebenar-benarnya.Indonesia yang berdaulat penuh di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian sosial-budaya.Itulah bangunan “Rumah Indonesia” yang akan dibangun oleh “tukang kayu” Jokowi.

Etika tukang kayu, lurus dan tepat,telah mendarah-daging dalam diri Jokowi berkat “revolusi mental” dalam keluarga orientasinya.Dengan etika tukang kayu, ia telah menjadi Walikota Solo dan membawa kota itu menjadi “hebat”.Lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta dan membawa kota itu ke jalan menuju “hebat”.Sekarang menjadi Presiden RI dengan mission imposible “Indonesia Hebat” yang untuk sebagian, misalnya kedaulatan pangan,ditargetkan tercapai akhir tahun 2018.

Ada pengharapan, dalam konteks janji revolusi mental, agar etika tukang kayu itu tak berhenti pada sosok Presiden Jokowi saja.Sangat baik jika nilai-nilai lurus dan tepat itu dilembagakan menjadi etika kerja birokrasi pemerintahan Jokowi, di semua tingkatan dan bidang, di segala tempat dan waktu.Bahwa adopsi dan penerapan etika tersebut membawa konsekuensi ketak-populeran, perlawanan, permusuhan, dan bahkan fitnah dari pihak-pihak yang pro-KKN dan anti-“Indonesia Hebat”, itu adalah resiko yang semestinya sudah dihitung dan harus diterima dengan rela.

Presiden Jokowi, “si tukang kayu” itu, dengan segala kelurusan dan ketepatannya, sudah menjanjikan Indonesia Hebat kepada rakyat, Indonesia yang “terbebaskan” dari penjajahan politik, ekonomi, dan budaya.Tak ada alasan untuk tak percaya kepada Jokowi, karena tukang kayu tak pernah bohong dan pernah tak ingkar janji.(*)

"Selamat Hari Natal 2014. Pax in terra."





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline