Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Humor Revolusi Mental #053: Kripik Paru Pemutus Kecanduan Rokok (Saran untuk Menteri Susi)

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Bahwa kripik paru buatan Salatiga itu enak, renyah dan gurih, semua penikmatnya sudah tahu.

Tapi tahukan Anda bahwa kripik paru yang nikmat rasanya itu ternyata sangat ampuh pula untuk menghentikan kecanduan rokok secara seketika?

Ini sudah terbukti dari pengalaman Pak Frans, 24 tahun yang lalu di Salatiga.Sebagai mahasiswa yang selalu terbeban setumpuk tugas makalah, maka tak ada pilihan lain bagi Frans waktu itu, kecuali begadang ditemani rokok, kopi, dan siaran wayang kulit.

Begadang tak terlalu masalah, bisa dibayar tidur siang.Kopi juga bukan masalah, soalnya memang nikmat.Wayang apa lagi, bukan masalah, wong cuma modal kuping untuk mendengarnya.

Yang jadi masalah itu rokok.Membakar 15-20 batang rokok kretek filter di mulut dalam semalam, dengan asapnya yang bergulung-gulung bak wedhus gembel ke dalam rongga paru, jelas sebuah masalah besar.Hasilnya, Frans mulai rajin batuk-batuk dibarengi rasa nyeri dalam dada. Untuk waktu yang cukup lama Frans cuek, sampai suatu ketika ia batuk dan setitik darah muncrat ke telapak tangannya.

Maka, ditemani Sujati sobat karibnya, pergilah Frans memeriksakan kesehatan paru-parunya ke Rumah Sakit Paru (RSP) Ngawen, Salatiga.Sekarang (sejak 2002) namanya RPP dr. Ario Wirawan.RSP ini didirikan tahun 1934, awalnya sebagai sanatorium untuk pasien tuberklosis.Berada pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, suhu di lingkungan RSP ini memang sungguh sejuk (18–29 C).

“Bagaimana hasilnya? Apa kata dokter? Paru-parumu soak, gak?”Sujati memberondongkan tanya kepada Frans, begitu kepalanya menyembul dari ruang pemeriksaan.

“Standarlah.Ada sedikit flek,” jawab Frans cuek bebek.

“Jadi, kata dokter harus bagaimana?”

“Standarlah.Suruh berhenti merokok.Enak aja ngomong.Emang semudah mutus PAM atau PLN, apa?” Frans bersungut-sungut.“Kita pulang saja, lapar. Makan sate kambing Blotongan aja,” ajak Frans.

Di warung sate Blotongan, sambil menunggu pesanan, Frans mencomot kripik paru dan mengremusnya, sambil membakar sebatang rokok, mengabaikan saran dokter.Sujati betul-betul prihatin dan khawatir akan kesehatan Frans temannya yang terlihat pucat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline