Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Humor Revolusi Mental #066: Hukuman Golf untuk Pengisap Cerutu

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14234460571558075837

Mungkinkah kita diganjar kemewahan setelah melakukan kesalahan? Ada yang berpikir seperti itu.

Pengalaman Poltak awal tahun 1970-an, saat ia baru masuk kelas 1 SMP Seminari,sekolah calon pastor Katolik, bisa menjadi contohnya.

Waktu itu, di Seminari ada seorang pastor Belanda, namanya Pastor Thijmen (samaran), dipanggil Pastor Thij.Yang khas dari pastor ini adalah cerutu yang selalu terselip dibibirnya saat mengajar.

Poltak sangat takjub menyaksikan Pastor Thij menyedot asap cerutunya dan kemudian menyemburkannya ke udara, hingga seluruh ruang kelas beraroma cerutu.

“Nikmat sekali,” pikir Poltak, sambil membayangkan dirinya mengisap cerutu dan menyemburkan asapnya ke udara.Pikiran ini kemudian menggoda Poltak untuk mencuri kesempatanmengisap cerutu Pastor Thij.

Setan memang tak pernah tidur.Ia selalu bermurah hati kepada anak kecil yang tak kuasa melawan goda. Kesempatan itu tiba, saat suatu sore seusai mengajar, Pastor Thij meninggalkan puntung cerutu yang masih menyala di asbak meja guru.

Tentu saja Poltak tak menyia-nyiakan kesempatan.Segera diambilnya puntung cerutu itu dan di depan kelas, di hadapan teman-temannya, ia bergaya layaknya Pastor Thij. Ia mengisap cerutu itu dan menyemburkan asapnya ke udara.Teman-temannya tertawa riuh. Poltaksemakin bersemangat mengisap puntung cerutunya.

Tapi Tuhan tak pernah tidur pula. Ia mengirim kembali Pastor Thij ke dalam ruang kelas, yang rupanya teringat belum mematikan api puntung cerutunya.

“Nee nee nee.Itu tidak boleh, ya. Kamu nakal, ya?” tegur Pastor Thij yang mendadak muncul di pintu kelas, dengan mata melotot ke arah Poltak.

Bak disambar petir, Poltak kaget tak alang kepalang.Sampai-sampai ia terbatuk dahsyat karena tersedak asap cerutu.Wajahnya pucat-pasi ketakutan.Teman-temannya langsung terdiam.

“Kamu harus dihukum, ya? Sore ini, saat kegiatan olahraga, kamu dihukum main golf dengan pastor.Nanti kamu tunggu pastor di teater terbuka,” vonis Pastor Thij dingin, sambil mengambil puntung cerutu dari jepitan jari Poltak, lalu berbalik pergi ke arah pastoran.

Sorenya, saat kegiatan olahraga, Poltak sudah siap menunggu di teater terbuka, berupa  lapangan rumput berundak berbentuk setengah lingkaran. Teman-teman sekelasnya berkerumun memandanginya dengan tatapan iri.Ya, siapa tak iri, sudah bersalah isap cerutu, eh, dapat hukuman enak bermain golf dengan Pastor Thij.Perasaan Poltak sendiri serba tak menentu.Apakah harus malu, sedih, atau senang dengan hukuman mewah itu.

“Ini stik golfnya.Ayo, mainkan!” Pastor Thij tiba-tiba saja muncul menyeruak kerumunan dan mengangsurkan “stik golf” ke tangan Poltak.

“Huaaaahahahaaaa……!”spontan teman-teman Poltak koor tawa terbahak-bahak sambil bubar jalan, meninggalkan Poltak dengan “stik golf”-nya.

Tercenung Poltak memandangi “stik golf” di genggamannya.Jelas itu bukan stik golf sungguhan, tapi parang babat rumput bergagang panjang yang bentuk dasarnya memang persis stik golf.Cara penggunaannya juga sama: diayunkan membabat rumput, seperti stik golf diayunkan memukul bola golf.

“Saaatnya babat rumput.Mulai!” perintah Pastor Thij.Sungguh, tak ada kemewahan untuk Poltak. Sesorean ia mengayunkan “stik golfnya” membabat rumput di teater terbuka, sementara teman-temannya asyik bermain sepak bola dan volli.(*)

#Moral revolusi mental-nya: “Kalau sudah tahu bertindak salah, jangan pernah berharap kenikmatan sebagai ganjarannya.”

Ilustrasi:

Beginilah kira-kira gaya Poltak menjalani hukuman “main golf” dulu (sumber: www.wn.com):

Bandingkan dengan gaya Tiger Wood main golf sungguhan berikut ini (sumber: www.nj.com):

142344616640937861

Komporsiana.com

Sharing-Laughing-Changing

Catatan Analogi Dengan Rencana Kenaikan Gaji PNS DKI Jakarta:

Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) DKI Jakarta akan dinaikkan sehingga mencapai Rp 9,5 juta sampai Rp 78,7 juta per bulan. Sumber dana untuk kenaikan itu adalah anggaran honorarium yang direalokasi menjadi tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis. Dengan kenaikan gaji ini, PNS akan dinilai kinerjanya secara profesional melihat dari berbagai aspek. Jadi, kalau kinerja PNS DKI buruk, jangan berharap memperoleh gaji maksimal.  Itu sama saja seperti si Poltak, sudah tahu salah, masih sempat berpikir dapat ganjaran mewah.  Masalahnya, apakah Pemda DKI Jakarta punya cukup banyak "Pastor Thij" yang siap menilai kinerja PNS dan menjatuhkan ganjaran setimpal?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline