Setiap penelitian ilmiah selalu mengandung unsur teori. Baik itu teori-teori besar (grand theories), yang berupaya menerangkan fenomena besaratau luas, misalnya teori “tindakan sosial” dari Max Weber.
Atau teori-teori menengah (middle-range theories), yang berada di antarahipotesis kerja kehidupan sehari-hari dan teori-teori besar, misalnya teori “anomi” dari Robert K. Merton.
Ataupun teori-teori substantif (substantive theories) yang terbatas menjelaskan ajang, kelompok, waktu, populasi, atau masalah tertentu, misalnya teori “politik aliran” dari C. Geertz.
Karena itu, pada artikel sebelumnya (lihat #009), muncul pertanyaan tentang tempat atau tepatnnya kegunaan teori serta tinjauan literatur dalam rancangan atau, tepatnya, dalam penelitian kualitatif. Saya akan terangkan secara ringkas di bawah ini.
Tergantung Tipe Penelitian
Di dalam penelitian kualitatif kegunaan atau tempat teori sangat tergantung pada tipe penelitian itu sendiri. Dengan kata lain, tidak terbakukan.Sebaliknya, pada penelitian kuantitatif tempat atau kegunaan teori sudah terbakukan, yaitu sebagai sumber hipotesis yang dirumuskan secara deduktif di dalam rancangan penelitian..
Tapi ada satu prinsip dasar yang disepakati untuk menempatkan unsur teori dalam rancangan penelitian kualitatif, yaitu harus tunduk pada logika penelitian induktif.Logika ini konsisten dengan orientasi penelitian kualitatif yaitu perumusan atau pembentukan teori.
Jadi, sesuai dengan logika induksi tersebut, maka dalam tipe penelitian grounded misalnya unsur teori justru merupakan hasil dari penelitian itu sendiri.
Sementara dalam tipe penelitian etnografi, teori-teori kebudayaan terdahulu misalnya fungsionalisme struktural, interaksionisme simbolik, teori pertukaran sosial, dan lain-lain biasanya digunakan untuk membantu merumuskan pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.
Dalam tipe penelitian studi kasus, “teori pola” (pattern theories) lazim dipilih sebagai penjelasan yang dibangun secara induktif selama proses penelitian (kualitatif) berlangsung.
Sedangkan dalam tipe penelitian fenomenologi, lebih ekstrim lagi, bahkan tidak ada praduga, harapan, ataupun kerangka-kerja yang mengarahkan peneliti ketika menganalisis data.
Penempatan Tinjauan Literatur
Dalam suatu penelitian, bagian yang berkenaan dengan diskusi teori adalah tinjauan literatur. Konsisten dengan sifatnya, maka dalam penelitian kualitatifliteratur harus digunakan secara induktif, dalam arti tidak mengarahkan pertanyaan penelitian.
Terkait penempatan tinjauan literatur itu, Creswell (1994) menawarkan tiga cara yaitu di depan sebagai bagian pendahuluan, di tengah sebagai bagian terpisah, atau di belakang sebagai diskusi perbandingan dengan temuan penelitian.
Masing-masing cara penempatan itu memiliki alasan-alasannya sendiri, sebagaimana akan saya jelaskan di bawah ini.
Jika dimaksudkan untuk membingkai masalah penelitian, maka tinjauan literatur disajikan di bagian pendahuluan.Syaratnya, berbagai literatur sudah harus tersedia sebelumnya.Cara ini sangat lazim diterapkan dalam penelitian kualitatif, apapun tipe penelitiannya.
Tapi jika dimaksudkan untuk menelaah literatur-literatur yang terkait dengan topik atau masalah penelitian, maka tinjauan literatur disajikan dalam bagian tersendiriCara ini umumnya lebih dapat diterima oleh pembaca yang terbiasadengan pendekatan positivis atau tradisional terhadap tinjauan literatur.Lazimnya, cara ini diterapkandalam penelitian yang didasarkan pada suatu latar literatur dan teori yang kuat, seperti etnografi atau studi-studi teori kritis.
Sedangkan jika dimaksudkan sebagai suatu dasar untuk membanding ataupun mempertentangkan temuan-temuan penelitian kualitatif, maka tinjauan literatur disajikan di bagian akhir laporan. Cara inilah yang paling cocok dengan proses penelitian kualitatif yang bersifat induktif.Literatur tidak menuntun dan mengarahkan penelitian, tetapi hanya sebagai suatu pembantu manakala sejumlah pola ataupun kategori telah teridentifikasi dari timbunan data.
Cara tersebut terakhir ini dapat diterapkan dalam semua tipe rancangan penelitian kualitatif.Tetapi, ia paling populerdalam penelitian grounded theory, dimana peneliti mempertentangkan dan membanding teorinya dengan teori-teori yang ditemukan dalam literatur.
Dengan penjelasan di atas, mudah-mudahan tidak ada kebingungan lagi soal tempat teori dalam penelitian kualitatif.
Penjelasan ini sekaligus mengakhiri diskusi kita tentang rancangan penelitian kualitatif.Selanjutnya kita akan masuk pada diskusi strategi penelitian kualitatif.(*)
Tolong baca artikel sebelumnya:
penelitian-kualitatif-009-begini-format-rancangannya
penelitian-kualitatif-008-rancangannya-selesai-belakangan
penelitian-kualitatif-007-ini-lima-sifat-khas-rancangannya
penelitian-kualitatif-006-di-aras-mikro-menantang-teori-makro
penelitian-kualitatif-005-orientasinya-menunjukkan-kepalsuan-teori-besar
penelitian-kualitatif-004-subyektivitas-sebagai-pumpunan
penelitian-kualitatif-003-beginilah-sifat-sifatnya
penelitian-kualitatif-002-inilah-asumsi-asumsi-dasarnya
penelitian-kualitatif-001-apa-batasannya
Anjuran Bacaan
J.W. Creswell, 1994, Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches, Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications.
Kompedusiana.com
Learning by Sharing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H