Lihat ke Halaman Asli

Mohammad taufiqur Rahman

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Kisah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai Fakta Baru

Diperbarui: 21 Desember 2022   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Kau yang sanggup menjadikan saya seseorang yang gagah berani. Kau pula yang sanggup menjadikan saya sengsara selamanya. Kau boleh memutuskan pengharapanku. Kau pun sanggup membunuhku." itu merupakan salah satu kutipan dari Zainudin kepada Hayati, dua tokoh utama dalam film tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Sebuah film yang diangkat berasal dari novel dengan judul yang sama karya Hamka. Cerita yang berlatar belakang tahun 1930-an tersebut menceritakan tentang kisah percintaan antara Zainudin dengan Hayati yang disekat oleh adat minangkabau dan latar belakang sosial hingga berakhir dengan kematian. Nama Van Der Wijck merupakan salah satu gubernur Hindia Belanda yang menjabat pada tahun 1839 hingga 1899. Memiliki nama asli Jonkheer Carel Herman Aart Van Der Wijck yang lahir di Ambon pada 29 Maret 1840 dan meninggal di Baarn pada 8 Juni 1914.

Kapal Van der Wijck berlayar dari Makassar dengan tujuan akhir Palembang. ketika kapal Van Der Wijck mau berlayar dari Surabaya menuju Semarang, kapal tersebut mengalami kecelakaan dan akhirnya karam di pesisir laut utara jawa tepatnya di daerah Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Sampai sekarang belum diketahui penyebab karamnya kapal tersebut Sehingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 153 penumpang selamat, 58 penumpang tewas, dan 42 orang lainnya hilang menurut buku yang ditulis oleh de Telegraaf pada 22 Oktober 1936. Namun, tidak ada angka yang pasti benar atau tidak, diperkirakan kapal tersebut memuat 250 orang. Tapi menurut catatan lain menyebutkan kapal tersebut membawa sebanyak 187 warga pribumi dan 39 warga Eropa.

Sebelum ditemukan di perairan daerah Brondong, Lamongan, para arkeolog menemukan rute perjalanan kapal Van Der Wijck dan ingin membuktikan jika kapal tersebut jatuh atau karam di perairan wilayah Indonesia. Saat ini tempat daerah ditemukannya kapal Van Der Wijck didirikan sebuah monumen sebagai Monumen Van der Wijck. Monumen tersebut dibangun sebagai wujud ungkapan terima kasih Pemerintah Kolonial Belanda kepada para nelayan daerah sana yang sudah menyelamatkan penumpang Kapal Van der Wijck yang tenggelam di tahun 1936. Di Sekitar monumen Van der Wijck juga berdiri tower menara mercusuar. Mercusuar ini sebelumnya digunakan oleh nelayan lokal untuk menyandarkan kapalnya di pelabuhan Brondong. Namun saat ini mercusuar tersebut tidak lagi digunakan. Selain itu monumen tersebut juga sebagai cagar budaya baru di Lamongan sebagai peninggalan jaman belanda. 

Suatu fenomena yang unik ketika sebuah karya film dan buku yang berdasarkan kisah nyata lalu objek dalam karya tersebut ditemukan secara fakta di kehidupan kita. Kapal Van Der Wijck ini menjadikan nama Kota Lamongan terangkat dengan fenomena tersebut. Banyak arkeolog atau peneliti datang untuk berkunjung, menanyakan warga setempat atau sekedar foto-foto di sekitaran monumen. Saat ini bangunan tersebut telah berumur lebih dari 70 tahun berdiri. Namun menurut warga setempat, dulu tempat tersebut tidak terawat dan cenderung kumuh. Setelah ramai di media sosial dan diperbincangkan banyak orang, akhirnya tempat tersebut dibersihkan dan dirawat secara berkala oleh petugas setempat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline