Lihat ke Halaman Asli

Pilwalkot Malang 2018: Jadilah Pemilih Cerdas agar Harapan Tak Kandas

Diperbarui: 19 Januari 2018   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: malangtoday.net

Tahun 2018 ini, nampaknya suasana kota Malang yang semula sejuk akan berubah sedikit agak "memanas" . Bahkan di awal tahun 2018 ini kondisi sudah mulai "hangat'. Ya, apalagi kalau bukan mengenai ajang pemilihan walikota Malang 2018. Menjelang pilwalkot nampaknya aroma dan nuansa politik pemilihan walikota Malang mungkin tak akan sepanas di nasional. Namun, bukan berarti pilwakot Malang tak menarik untuk kita bahas. 

Menjelang pencalonan resmi kepada KPU Kota Malang, berbagai kubu dan golongan semakin gencar dalam melakukan deklarasi dan tak lupa dengan sedikit "bumbu" pencitraan. Dari yang mulai sekedar baliho ucapan hingga narasi akan pembaharuan mengisi riuhnya kondisi di kota yang katanya dijuluki kota pendidikan. Di detik-detik terakhir, nampaknya keputusan sudah semakin final. Sepertinya pilwalkot kota malang tahun ini akan diramaikan oleh tiga pasangan calon. Dimana ketiganya akan bertarung untuk memperebutkan N1 dan juga N2 (red :sebutan bagi walkiota dan wakil walikota). Adapun ketiga pasangan calon tersebut adalah Anton-Samsul, Nanda-Wanedi, dan terkahir Sutiaji-Sofyan.

Pilkada kota Malang semakin hari rasanya semakin dekat. Namun, nyatanya sampai saat ini belum ada visi-misi serta solusi yang jelas yang akan ditawarkan oleh ketiga pasangan calon. Padahal, seperti yang kita rasakan permasalahan kota malang  semakin hari rasanya semakin kompleks dan banyak. Uniknya, ketiga pasangan calon adalah dapat dikatakan sebagi "pemain" lama di kota ini. Sebut saja pasangan Anton-Sahrul, dimana Abah anton adalah walikota saat ini alias petahana. Begitupun pasangan lainnya yaitu Sutiaji-Sofyan,dimana Sutiaji saat ini diamanahkan sebagai wakil walikota. Hingga yang terakhir pasangan Nanda-Wanedi, dimana Nanda saat ini diamanahkan sebagai wakil rakyat di kota Malang. Dengan ketiga pasangan calon yang berbekal "pemain" lama, seharusnya ketiga pasangan calon ini sudah sangat mengerti akan permasalahan kota Malang. Sehingga pilkada ini tentu harus menjadi ajang adu solusi dan gagasan untuk menyelesaikan segala permasalahan.

Permasalahan kota Malang

Sebagai orang yang berpengaruh dan memiliki jabatan sebelumnya, tentu seharusnya ketiganya menjadi aktor utama yang memiliki peranan penting dalam menyelesaikan permasalahan kota Malang di era jabatannya. Ironisnya, dari beberapa tahun terakhir tercatat tak jarang permasalahan kota Malang bukan semakin berkurang melainkan malah semakin bertambah.  

Sebut saja permasalahan kemacetan di kota Malang. Tercatat di beberapa ruas jalan seringkali terjadi kemacetan yang sangat panjang  sehingga membutuhkan solusi kongkret dari pemerintah. Namun, di tengah situasi seperti ini, justru pemerintah seakan pasif dan tidak bertindak. Anehnya di saat kemacetan semakin parah, pemerintah malah memberikan wacana yang tidak realistis dan mahal seperti wacana mrt/ monorel dalam kota yang berakhir tanpa kejelasan. Tak berhenti di kemacetan, permasalahan lainnya pun yang sering kita temui adalah banjir. 

Seperti yang kita ketahui padahal kota Malang adalah termasuk kota dengan dataran tinggi dan memiliki sungai yang mengalir di tengah kotanya. Sehingga seharusnya situasi banjir dapat dicegah seminimalisir mungkin agar tak terjadi banjir atau genangan. Selain dua permasalahan tadi, permasalahan yang tak kalah menarik untuk disoroti adalah permasalahan korupsi di kota Malang. Meskipun tercatat seringkali mendapatkan predikat dan penghargaan dari pemerintah pusat dan luar, bukan berarti kota ini bersih dari kasus korupsi. Sebut saja kasus korupsi beberapa bulan terakhir di kota Malang. 

Seperti kasus korupsi yang melibatkan ketua dewan hingga korupsi pembangunan jembatan. Selain tiga permasalahan tadi, tentu masih banyak permasalahan lainnya yang tak bisa penulis sebutkan. Sehingga, rasanya semua masyarakat sepakat. Bahwa ajang pilkada ini haruslah melahirkan pemimpin yang membawa solusi dan gagasan. Agar di kemudian hari, kita semua tak mendengar lagi yang namanya persoalan dan permasalahan.

Dari semua uraian permasalahan di atas, tentu harus kita sadari bahwa permasalahan kota malang bukanlah masalah yang mudah. Oleh karena itu, tentu kita semua harus berperan aktif dan saling mendukung satu sama lainnya. Maka, sudah sewajibnya kita semua saling membantu untuk menemukan pemimpin yang melahirkan solusi daripada sekedar janji kampanye perubahan. Sehingga momen pemilihan walikota kali ini harus kita manfaatkan dan kita kawal bersama. Agar tak terjadi lagi janji kampanye yang tak tertunaikan dan tidak dilaksanakan. Jadilah pemilih pemimpin yang cerdas agar harapan tidak menjadi kandas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline