Saya percaya bahwa ucapan dan kata-kata yang keluar dari lisan merupakan cerminan hati dan pikiran. Dan dalam tumbuh kembang anak, saya sangat perhatian dengan apa yang diucapkan anak-anak. Menurut Saya ucapan verbal anak yang mengarah negatif, meski hanya sebatas kata-kata, harus benar-benar diwaspadai. Jadi ketika Affan mulai mengucapkan beberapa kata yang kurang pantas saya langsung memperingatkan.
Ada sekitar 3 kosakata Affan yang menurut saya termasuk kurang pantas (terutama pada konteks) meski sebenarnya masih belum dikatakan level parah. Misalnya, kata "eek" yang kadangkala dipakai Affan untuk guyonan dan ketawa ketiwi. Kadang Affan protes, "lha kalau mau "eek" beneran trus bilang apa dong?" Disitu baru dijelaskan kalau memang mau BAB ya nggak apa-apa. Tapi bukan Affan kalau langsung nurut. Belasan kali dibilangipun tetap saja kata-kata itu muncul lagi. Bahkan dengan sedikit "ancaman" sekalipun. Berbagai cara sudah dicoba dan tak ada yang benar-benar efektif. (Kalau kata-kata yang mengancam vulgar semisal "tak pukul" dll alhamdulillah hanya muncul sebentar dan langsung saya sikapi cukup tegas).
Suatu ketika Affan minta diceritakan dongeng atau kisah menjelang tidur. Ketika itu muncul ide untuk memasukkan pesan-pesan tertentu dalam dongeng. Lalu, dongeng-pun mengalir dengan spontan, misalnya ada ibu yang baik hati yang kebun buahnya sedang panen, lalu rombongan anak-anak diberi buah sepuasnya. Namun, ada satu anak, Si Badu (maaf ya kalau ada namanya Badu, saya spontan saja milih nama :)) ) yang suka ngomong tidak baik (saya contohkan beberapa kata kurang baik yang kadang diucapkan Affan). Ketika mau dikasih buah ia malah ngomong tidak baik sehingga ibu baik hati tadi urung memberi karena si Badu tidak sopan. Badu pun protes, tapi ia sendiri tak mau berubah, tetap ngomong kosakata yang tidak baik. Ibu tadi bersikukuh. Akhirnya Badu cuma gigit jari.
Lalu berlanjut kisah lain. Ada pedadang es krim baik hati, punya es krim banyak. Pedagang itu membagi-bagi es krim. Ada rasa cokalt, stroberi, anggur dll dan siapa saja boleh memilih sendiri. Tiba giliran Si Badu, belum dapat es krim si Badu sudah ngomong tidak baik. Saya tunggu reaksi Affan. Ia nyengir. Saya lanjutkan dengan memeragakan penjual eskrim yang sampai tepok jidat. Kisah berakhir hampir sama, Badu yang keras kepala nangis-nangis sambil gigit jari.. Saya melirik affan sambil terkekeh-kekeh..
"Ceritanin lagi dong, tapi yang lain!", kata Affan.
Saya tahu karena Affan mulai menebak alur cerita yang mungkin akan saya ceritakan akan menyindir dia lagi.
"Ceritain tentang Super Why!" katanya.
Super Why itu mirip mirip film Dora atau Diego, tapi Super Why fokusnya belajar abjad. Saya juga baru tahu ada seri itu ketika Affan minta dicarikan di Youtube.
Lalu saya cerita, versi saya tentunya. Super Why punya banyak kado hadiah dan akan dibagi ke anak-anak setelah si anak bisa menebak huruf yang ditanyakan. Affan cukup senang dengan kejutan-kejutan misalnya pertanyaan huruf dan jawabannya serta kado apa yang diberikan. Saya harus mengarang secara spontan nama anak, pertanyaan dan hadiah.
Lalu tiba giliran satu anak... Si Badu!! Affan sedikit kaget.
Paling dia mikir "Apa pula Si Badu muncul lagi sih!!" Hehehe...
Si Badu diberi pertanyaan yang saya buat mudah yang kira-kira Affan bisa jawab, misalnya huruf yang bolong tengahnya. Belum menjawab, Si badu lagi-lagi malah ngomong tidak baik. Super Why saya peragakan tepok jidat. Affan cuma tersenyum kecut.
Affan lalu request untuk minta cerita lain. Kali ini minta cerita tentang Mc Queen (film The Cars). Oke, saya kasih cerita agak muter dulu. Mc Queen dan Mater jalan-jalan ketemu ini dan itu. Lalu ketemu anak-anak sekolah yang jalan kaki. Lalu ditawari menumpang untuk diantar sekolah. Sampai kemudian ketemu (lagi) dengan Si Badu yang juga ke sekolah. Bisa ditebak ceritanya, Si Badu harus rela jalan kaki sendiri gegara ulahnya yang ngomong kurang baik...
Lagi-lagi Affan tersenyum kecut. Kali ini giliran saya yang menang :))
Biasanya kalau minta cerita, Affan akan minta lagi berkanjut-lanjut. Saya kadang sudah tidak kuat karena mengantuk dan ngomong apa sudah tidak tahu kaerna saya sudah setengah tidur. Tapi belajar dari pengalaman sehari hari kita harus jeli kapan memberikan nasehat kepada anak dan pinter-pinternya untuk mencari jalan. Dongeng dan bercerita menajdi salah satu jalan. Apakah efektif? Ya kita lihat saja ..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H